Selasa, 27 Oktober 2009

Wujud Syukur

Assalamualaikum Wr Wb

Bissmillahirrohmman irrohiim

"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba- Mu yang saleh".

Do’a Nabi Sulaiman manakala beliau mendengar suara semut yang berkata : ….. “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”, Allah SWT memberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui wahyu Nya dalam QS. An-Naml (27) ayat 18.

Jadi sudah seharusnya dan sudah merupakan kewajiban kita sebagai kaum muslimin mengikuti ajaran yang telah sampai kepada kita dengan berucap dan berdo’a sebagaimana yang telah Allah ajarkan dan diabadikan dalam QS, tersebut diatas, karena sesungguhnya kita sebagai hamba Allah dan makhluk ciptaan Allah yang dahulunya tidak ada, melalui perjuangan panjang Ibu kita atau kedua orang tua kita lahirlah kita sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl (16) ayat 78. yang artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Dengan perjalanan hidup yang panjang pula hari ini Alhamdulillah kita masih merasakan nikmat Allah yang tak terhingga, siapapun kita apapun jabatan kita dan dimanapun kita berada, kita sudah pasti tidak akan dapat menghitung hitung nikmat yang telah Allah berikan pada kita, sebagaimana yang telah Allah informasikan kepada kita agar kita berlaku dan bersikap jujur serta semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl (16) ayat 18. yang artinya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT Insya Allah kita akan mendapat berkah dan karunia yang lebih banyak lagi dari-Nya, untuk dapat mensyukuri nikmat Allah, kita harus melakukan instropeksi diri dengan merenungi betapa besar kasih sayang Allah kepada kita, dengan merenungkan baik hal – hal yang kecil sampai besar yang pasti luput dari pandangan kita yang sangat terbatas sebagai manusia, hanya dapat diingatkan agar senantiasa mensyukuri dan bersyukur akan karunia dan kasih sayang Allah pada kita hamba Nya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 152. yang artinya “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.

Barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka Allah akan menambah nikmat Nya, demikian pula sebaliknya, barang siapa yang mengingkari segala nikmat yang telah Allah berikan padanya, maka azab Allah sangat pedih baginya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ibrahim (14) ayat 7. yang artinya “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Ada tiga cara untuk mensyukuri nikmat Allah SWT diantaranya :

1. Bersyukur dengan hati dan perasaan, kita sadar betul bahwa nikmat yang kita rasakan, kita alami dan kita terima selama ini hanya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, bukan dari akal manusia, atau makhluk lainnya.

2. Bersyukur dengan lisan, kita mengucapkan Alhamdulillah = Segala Puji Hanya Milik Allah SWT, sambil merenung dan menghayati, apa apa yang telah kita terima, kita alami dan kita rasakan.

3. Kita wujudkan rasa syukur kita dengan perbuatan seperti, menolong sesama, membantu dengan memberikan harta benda yang kita miliki, dengan perbuatan tentunya sesuai kemampuan kita masing masing, meningkatkan amal ibadhah kita, serta hijrah dari perlakuan yang dapat merugikan orang lain, baik kita rugikan dengan lisan atau kata kata, maupun kita rugikan dengan perbuatan dan atau tindakan kita hingga orang lain tersebut mengalami kerugian baik nama baik, sampai kerugian meteriil

Apabila kita mampu mewujudkan tiga hal tersebut, Insya Allah kita pasti terhindar dari murka Nya dan Insya Allah kita juga akan mendapatkan perlindungan serta pertolongan yang tidak disangka sangka, dan juga Allah akan menambahkan nikmat-Nya, pada kita semua, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa (4) ayat 147. yang artinya “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.

QS. At-Thalaq (65) ayat 3 artinya “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Semoga bermanfaat

Wassalamualaikum Wr Wb

Senin, 22 Juni 2009

Hijab Kesombongan

Firman Allah :
‘Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah’. ( QS 31 : 33).

Melalui ayat ini, Allah ingin membuka cakrawala kita tentang dunia, supaya kita tidak terpedaya. Sebaliknya, Allah juga memberitahukan kepada kita, kiat manjadikan hidup di dunia menjadi penuh makna.

Pertama, Allah memanggil semua manusia untuk bertakwa kepadaNya. Hal ini mengisyaratkan bahwa maqom (kedudukan spiritual) sebagai muttaqin, terbuka untuk siapa saja. Di sini juga kita menemukan tentang sejatinya sifat kasih Allah yang tidak membeda-bedakan. Semua manusia, semuanya dipanggil, tidak berdasarkan strata sosial apa pun.

Kedua, Allah memperingatkan agar manusia takut pada suatu hari yang tidak ada tolong menolong lagi. Di sini dipakai istilah ‘hari ketika seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun’. Kendati tidak disebutkan nama harinya atau waktunya, namun para mufassir sepakat bahwa hari yang dimaksudkan adalah hari pengadilan di padang mahsyar, yakni ketika semua manusia dikumpulkan dan dihadapkan pada pengadilan Allah SWT. Pada hari itu, semua manusia menjadi egois, tidak sempat memikirkan orang lain, mereka sibuk memikirkan pertanggungjawabannya sendiri kepada Allah. Tidak ada lagi tolong menolong.

Hal ini bermakna, bahwa kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin waktu hidup kita di dunia, karena di dunia inilah kesempatan satu-satunya yang kita miliki untuk saling menolong. Ketika di dunia inilah, seorang bapak wajib menolong anaknya dan seorang anak wajib pula menolong bapaknya. Tolong menolong yang dimaksudkan oleh Allah adalah : ‘ta’awanu ‘alal birri wat taqwa’ – tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa – ‘wa la ta’awanu ‘alal istmi wal ‘udwan’ – dan bukan tolong menolong dalam keburukan – itu yang harus kita kerjakan.

Ketiga, Allah memastikan bahwa janjiNya pasti benar. Artinya, Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Itulah sebabnya, manusia diingatkan tentang pentingnya saling menolong selagi masih di dunia, karena ketika kehidupan dunia ini berakhir, akan diganti dengan kehidupan lain yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Hidup di dunia ini ada akhirnya, begitu janji Allah yang tidak akan diingkari oleh Allah. Kehidupan dunia akan berakhir. Dan begitu kehidupan dunia ini berakhir, maka dimulailah kehidupan akhirat. Ada kehidupan lain yang disebut akhirat. Itupun janji Allah, dan janji Allah pasti benar.

Keempat, karena janji Allah pasti benar, maka Dia mengingatkan, ‘janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini memperdayakan kamu’. Allah mengingatkan supaya kita tidak tertipu oleh kehidupan dunia. Mengapa ? ‘Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan’. ( QS 11 : 15 ). Ini yang disebut istidraj, yaitu pemberian Allah yang tidak disertai dengan kebaikan, untuk membuat manusia terpesona hingga lupa kepada si pemberi, yaitu Allah. Ini pula yang disebut sebagai tipudaya kehidupan dunia, sehingga manusia lupa bahwa setelah hidup di dunia ada akhirat. Kalau ketika di dunia kita lalai bertolong-menolong, maka nanti di akhirat, sudah tidak ada waktu lagi untuk saling menolong. Sehingga Allah memberitahu kita : ‘Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan’. ( QS 11 : 16 ).

Kelima, Allah mengingatkan supaya kita tidak terperdaya oleh penipu, yaitu syaitan, dalam memahami Allah. Yang dimaksudkan dengan memahami Allah di sini adalah memahami hakikat asmaNya, hakikat sifatNya, hakikat af’alNya dan hakikat zatNya, sehingga dengan demikian kita akan memahami hakikat kehendak Allah yang harus kita patuhi.

Dengan ini pula kita diingatkan bahwa kepatuhan kepada Allah hanya mungkin dapat terlaksana dengan baik, manakala kita mampu memahami hakikat kehendakNya, yang berarti pula memahami hakikat perintah dan laranganNya. Kita diingatkan untuk menjadi lebih arif, tidak terjebak oleh pemahaman tekstual dari kitab suci maupun hadist. Kita harus menukik menemukan makna hakikat dari teks al Quran dan hadist supaya kita berhasil menemukan roh atau jiwa dari perintah dan larangan Allah maupun RasulNya. Supaya kita terhindar dari virus penyakit yang ditebarkan oleh iblis dan keturunannya yang gagal memahami hakikat perintah Allah untuk bersujud pada Adam.

Iblis menolak, karena ia hanya melihat Adam secara tekstual, Adam secara jasad yang diciptakan oleh Allah dari tanah. Iblis tidak mampu melihat hakikat Adam, yakni roh yang ditiupkan Allah. Roh Adam yang berasal dari Allah, merupakan bagian dari Allah di situlah letak kemuliaan Adam dan anak keturunannya, yakni umat manusia, termasuk kita sekarang.

Karena Iblis terhijab, sehingga gagal memahami hakikat Adam, maka dia diusir dari sorga oleh Allah. Inilah pelajaran yang sangat berharga, agar kita mampu mencerap hakikat dari perintah dan larangan Allah sehingga kita mampu menghidupkan jiwa ibadah yang benar dalam hidup kita.

Wallohua’lam.*****

Hidup di Dunia Penuh Makna

Firman Allah :
‘Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah’. ( QS 31 : 33).

Melalui ayat ini, Allah ingin membuka cakrawala kita tentang dunia, supaya kita tidak terpedaya. Sebaliknya, Allah juga memberitahukan kepada kita, kiat manjadikan hidup di dunia menjadi penuh makna.

Pertama, Allah memanggil semua manusia untuk bertakwa kepadaNya. Hal ini mengisyaratkan bahwa maqom (kedudukan spiritual) sebagai muttaqin, terbuka untuk siapa saja. Di sini juga kita menemukan tentang sejatinya sifat kasih Allah yang tidak membeda-bedakan. Semua manusia, semuanya dipanggil, tidak berdasarkan strata sosial apa pun.

Kedua, Allah memperingatkan agar manusia takut pada suatu hari yang tidak ada tolong menolong lagi. Di sini dipakai istilah ‘hari ketika seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun’. Kendati tidak disebutkan nama harinya atau waktunya, namun para mufassir sepakat bahwa hari yang dimaksudkan adalah hari pengadilan di padang mahsyar, yakni ketika semua manusia dikumpulkan dan dihadapkan pada pengadilan Allah SWT. Pada hari itu, semua manusia menjadi egois, tidak sempat memikirkan orang lain, mereka sibuk memikirkan pertanggungjawabannya sendiri kepada Allah. Tidak ada lagi tolong menolong.

Hal ini bermakna, bahwa kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin waktu hidup kita di dunia, karena di dunia inilah kesempatan satu-satunya yang kita miliki untuk saling menolong. Ketika di dunia inilah, seorang bapak wajib menolong anaknya dan seorang anak wajib pula menolong bapaknya. Tolong menolong yang dimaksudkan oleh Allah adalah : ‘ta’awanu ‘alal birri wat taqwa’ – tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa – ‘wa la ta’awanu ‘alal istmi wal ‘udwan’ – dan bukan tolong menolong dalam keburukan – itu yang harus kita kerjakan.

Ketiga, Allah memastikan bahwa janjiNya pasti benar. Artinya, Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Itulah sebabnya, manusia diingatkan tentang pentingnya saling menolong selagi masih di dunia, karena ketika kehidupan dunia ini berakhir, akan diganti dengan kehidupan lain yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Hidup di dunia ini ada akhirnya, begitu janji Allah yang tidak akan diingkari oleh Allah. Kehidupan dunia akan berakhir. Dan begitu kehidupan dunia ini berakhir, maka dimulailah kehidupan akhirat. Ada kehidupan lain yang disebut akhirat. Itupun janji Allah, dan janji Allah pasti benar.

Keempat, karena janji Allah pasti benar, maka Dia mengingatkan, ‘janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini memperdayakan kamu’. Allah mengingatkan supaya kita tidak tertipu oleh kehidupan dunia. Mengapa ? ‘Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan’. ( QS 11 : 15 ). Ini yang disebut istidraj, yaitu pemberian Allah yang tidak disertai dengan kebaikan, untuk membuat manusia terpesona hingga lupa kepada si pemberi, yaitu Allah. Ini pula yang disebut sebagai tipudaya kehidupan dunia, sehingga manusia lupa bahwa setelah hidup di dunia ada akhirat. Kalau ketika di dunia kita lalai bertolong-menolong, maka nanti di akhirat, sudah tidak ada waktu lagi untuk saling menolong. Sehingga Allah memberitahu kita : ‘Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan’. ( QS 11 : 16 ).

Kelima, Allah mengingatkan supaya kita tidak terperdaya oleh penipu, yaitu syaitan, dalam memahami Allah. Yang dimaksudkan dengan memahami Allah di sini adalah memahami hakikat asmaNya, hakikat sifatNya, hakikat af’alNya dan hakikat zatNya, sehingga dengan demikian kita akan memahami hakikat kehendak Allah yang harus kita patuhi.

Dengan ini pula kita diingatkan bahwa kepatuhan kepada Allah hanya mungkin dapat terlaksana dengan baik, manakala kita mampu memahami hakikat kehendakNya, yang berarti pula memahami hakikat perintah dan laranganNya. Kita diingatkan untuk menjadi lebih arif, tidak terjebak oleh pemahaman tekstual dari kitab suci maupun hadist. Kita harus menukik menemukan makna hakikat dari teks al Quran dan hadist supaya kita berhasil menemukan roh atau jiwa dari perintah dan larangan Allah maupun RasulNya. Supaya kita terhindar dari virus penyakit yang ditebarkan oleh iblis dan keturunannya yang gagal memahami hakikat perintah Allah untuk bersujud pada Adam.

Iblis menolak, karena ia hanya melihat Adam secara tekstual, Adam secara jasad yang diciptakan oleh Allah dari tanah. Iblis tidak mampu melihat hakikat Adam, yakni roh yang ditiupkan Allah. Roh Adam yang berasal dari Allah, merupakan bagian dari Allah di situlah letak kemuliaan Adam dan anak keturunannya, yakni umat manusia, termasuk kita sekarang.

Karena Iblis terhijab, sehingga gagal memahami hakikat Adam, maka dia diusir dari sorga oleh Allah. Inilah pelajaran yang sangat berharga, agar kita mampu mencerap hakikat dari perintah dan larangan Allah sehingga kita mampu menghidupkan jiwa ibadah yang benar dalam hidup kita.

Wallohua’lam.*****