Selasa, 27 Oktober 2009

Wujud Syukur

Assalamualaikum Wr Wb

Bissmillahirrohmman irrohiim

"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba- Mu yang saleh".

Do’a Nabi Sulaiman manakala beliau mendengar suara semut yang berkata : ….. “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”, Allah SWT memberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui wahyu Nya dalam QS. An-Naml (27) ayat 18.

Jadi sudah seharusnya dan sudah merupakan kewajiban kita sebagai kaum muslimin mengikuti ajaran yang telah sampai kepada kita dengan berucap dan berdo’a sebagaimana yang telah Allah ajarkan dan diabadikan dalam QS, tersebut diatas, karena sesungguhnya kita sebagai hamba Allah dan makhluk ciptaan Allah yang dahulunya tidak ada, melalui perjuangan panjang Ibu kita atau kedua orang tua kita lahirlah kita sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl (16) ayat 78. yang artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Dengan perjalanan hidup yang panjang pula hari ini Alhamdulillah kita masih merasakan nikmat Allah yang tak terhingga, siapapun kita apapun jabatan kita dan dimanapun kita berada, kita sudah pasti tidak akan dapat menghitung hitung nikmat yang telah Allah berikan pada kita, sebagaimana yang telah Allah informasikan kepada kita agar kita berlaku dan bersikap jujur serta semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl (16) ayat 18. yang artinya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT Insya Allah kita akan mendapat berkah dan karunia yang lebih banyak lagi dari-Nya, untuk dapat mensyukuri nikmat Allah, kita harus melakukan instropeksi diri dengan merenungi betapa besar kasih sayang Allah kepada kita, dengan merenungkan baik hal – hal yang kecil sampai besar yang pasti luput dari pandangan kita yang sangat terbatas sebagai manusia, hanya dapat diingatkan agar senantiasa mensyukuri dan bersyukur akan karunia dan kasih sayang Allah pada kita hamba Nya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2) ayat 152. yang artinya “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.

Barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka Allah akan menambah nikmat Nya, demikian pula sebaliknya, barang siapa yang mengingkari segala nikmat yang telah Allah berikan padanya, maka azab Allah sangat pedih baginya, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ibrahim (14) ayat 7. yang artinya “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Ada tiga cara untuk mensyukuri nikmat Allah SWT diantaranya :

1. Bersyukur dengan hati dan perasaan, kita sadar betul bahwa nikmat yang kita rasakan, kita alami dan kita terima selama ini hanya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, bukan dari akal manusia, atau makhluk lainnya.

2. Bersyukur dengan lisan, kita mengucapkan Alhamdulillah = Segala Puji Hanya Milik Allah SWT, sambil merenung dan menghayati, apa apa yang telah kita terima, kita alami dan kita rasakan.

3. Kita wujudkan rasa syukur kita dengan perbuatan seperti, menolong sesama, membantu dengan memberikan harta benda yang kita miliki, dengan perbuatan tentunya sesuai kemampuan kita masing masing, meningkatkan amal ibadhah kita, serta hijrah dari perlakuan yang dapat merugikan orang lain, baik kita rugikan dengan lisan atau kata kata, maupun kita rugikan dengan perbuatan dan atau tindakan kita hingga orang lain tersebut mengalami kerugian baik nama baik, sampai kerugian meteriil

Apabila kita mampu mewujudkan tiga hal tersebut, Insya Allah kita pasti terhindar dari murka Nya dan Insya Allah kita juga akan mendapatkan perlindungan serta pertolongan yang tidak disangka sangka, dan juga Allah akan menambahkan nikmat-Nya, pada kita semua, sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa (4) ayat 147. yang artinya “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.

QS. At-Thalaq (65) ayat 3 artinya “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Semoga bermanfaat

Wassalamualaikum Wr Wb

Senin, 22 Juni 2009

Hijab Kesombongan

Firman Allah :
‘Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah’. ( QS 31 : 33).

Melalui ayat ini, Allah ingin membuka cakrawala kita tentang dunia, supaya kita tidak terpedaya. Sebaliknya, Allah juga memberitahukan kepada kita, kiat manjadikan hidup di dunia menjadi penuh makna.

Pertama, Allah memanggil semua manusia untuk bertakwa kepadaNya. Hal ini mengisyaratkan bahwa maqom (kedudukan spiritual) sebagai muttaqin, terbuka untuk siapa saja. Di sini juga kita menemukan tentang sejatinya sifat kasih Allah yang tidak membeda-bedakan. Semua manusia, semuanya dipanggil, tidak berdasarkan strata sosial apa pun.

Kedua, Allah memperingatkan agar manusia takut pada suatu hari yang tidak ada tolong menolong lagi. Di sini dipakai istilah ‘hari ketika seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun’. Kendati tidak disebutkan nama harinya atau waktunya, namun para mufassir sepakat bahwa hari yang dimaksudkan adalah hari pengadilan di padang mahsyar, yakni ketika semua manusia dikumpulkan dan dihadapkan pada pengadilan Allah SWT. Pada hari itu, semua manusia menjadi egois, tidak sempat memikirkan orang lain, mereka sibuk memikirkan pertanggungjawabannya sendiri kepada Allah. Tidak ada lagi tolong menolong.

Hal ini bermakna, bahwa kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin waktu hidup kita di dunia, karena di dunia inilah kesempatan satu-satunya yang kita miliki untuk saling menolong. Ketika di dunia inilah, seorang bapak wajib menolong anaknya dan seorang anak wajib pula menolong bapaknya. Tolong menolong yang dimaksudkan oleh Allah adalah : ‘ta’awanu ‘alal birri wat taqwa’ – tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa – ‘wa la ta’awanu ‘alal istmi wal ‘udwan’ – dan bukan tolong menolong dalam keburukan – itu yang harus kita kerjakan.

Ketiga, Allah memastikan bahwa janjiNya pasti benar. Artinya, Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Itulah sebabnya, manusia diingatkan tentang pentingnya saling menolong selagi masih di dunia, karena ketika kehidupan dunia ini berakhir, akan diganti dengan kehidupan lain yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Hidup di dunia ini ada akhirnya, begitu janji Allah yang tidak akan diingkari oleh Allah. Kehidupan dunia akan berakhir. Dan begitu kehidupan dunia ini berakhir, maka dimulailah kehidupan akhirat. Ada kehidupan lain yang disebut akhirat. Itupun janji Allah, dan janji Allah pasti benar.

Keempat, karena janji Allah pasti benar, maka Dia mengingatkan, ‘janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini memperdayakan kamu’. Allah mengingatkan supaya kita tidak tertipu oleh kehidupan dunia. Mengapa ? ‘Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan’. ( QS 11 : 15 ). Ini yang disebut istidraj, yaitu pemberian Allah yang tidak disertai dengan kebaikan, untuk membuat manusia terpesona hingga lupa kepada si pemberi, yaitu Allah. Ini pula yang disebut sebagai tipudaya kehidupan dunia, sehingga manusia lupa bahwa setelah hidup di dunia ada akhirat. Kalau ketika di dunia kita lalai bertolong-menolong, maka nanti di akhirat, sudah tidak ada waktu lagi untuk saling menolong. Sehingga Allah memberitahu kita : ‘Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan’. ( QS 11 : 16 ).

Kelima, Allah mengingatkan supaya kita tidak terperdaya oleh penipu, yaitu syaitan, dalam memahami Allah. Yang dimaksudkan dengan memahami Allah di sini adalah memahami hakikat asmaNya, hakikat sifatNya, hakikat af’alNya dan hakikat zatNya, sehingga dengan demikian kita akan memahami hakikat kehendak Allah yang harus kita patuhi.

Dengan ini pula kita diingatkan bahwa kepatuhan kepada Allah hanya mungkin dapat terlaksana dengan baik, manakala kita mampu memahami hakikat kehendakNya, yang berarti pula memahami hakikat perintah dan laranganNya. Kita diingatkan untuk menjadi lebih arif, tidak terjebak oleh pemahaman tekstual dari kitab suci maupun hadist. Kita harus menukik menemukan makna hakikat dari teks al Quran dan hadist supaya kita berhasil menemukan roh atau jiwa dari perintah dan larangan Allah maupun RasulNya. Supaya kita terhindar dari virus penyakit yang ditebarkan oleh iblis dan keturunannya yang gagal memahami hakikat perintah Allah untuk bersujud pada Adam.

Iblis menolak, karena ia hanya melihat Adam secara tekstual, Adam secara jasad yang diciptakan oleh Allah dari tanah. Iblis tidak mampu melihat hakikat Adam, yakni roh yang ditiupkan Allah. Roh Adam yang berasal dari Allah, merupakan bagian dari Allah di situlah letak kemuliaan Adam dan anak keturunannya, yakni umat manusia, termasuk kita sekarang.

Karena Iblis terhijab, sehingga gagal memahami hakikat Adam, maka dia diusir dari sorga oleh Allah. Inilah pelajaran yang sangat berharga, agar kita mampu mencerap hakikat dari perintah dan larangan Allah sehingga kita mampu menghidupkan jiwa ibadah yang benar dalam hidup kita.

Wallohua’lam.*****

Hidup di Dunia Penuh Makna

Firman Allah :
‘Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah’. ( QS 31 : 33).

Melalui ayat ini, Allah ingin membuka cakrawala kita tentang dunia, supaya kita tidak terpedaya. Sebaliknya, Allah juga memberitahukan kepada kita, kiat manjadikan hidup di dunia menjadi penuh makna.

Pertama, Allah memanggil semua manusia untuk bertakwa kepadaNya. Hal ini mengisyaratkan bahwa maqom (kedudukan spiritual) sebagai muttaqin, terbuka untuk siapa saja. Di sini juga kita menemukan tentang sejatinya sifat kasih Allah yang tidak membeda-bedakan. Semua manusia, semuanya dipanggil, tidak berdasarkan strata sosial apa pun.

Kedua, Allah memperingatkan agar manusia takut pada suatu hari yang tidak ada tolong menolong lagi. Di sini dipakai istilah ‘hari ketika seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun’. Kendati tidak disebutkan nama harinya atau waktunya, namun para mufassir sepakat bahwa hari yang dimaksudkan adalah hari pengadilan di padang mahsyar, yakni ketika semua manusia dikumpulkan dan dihadapkan pada pengadilan Allah SWT. Pada hari itu, semua manusia menjadi egois, tidak sempat memikirkan orang lain, mereka sibuk memikirkan pertanggungjawabannya sendiri kepada Allah. Tidak ada lagi tolong menolong.

Hal ini bermakna, bahwa kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin waktu hidup kita di dunia, karena di dunia inilah kesempatan satu-satunya yang kita miliki untuk saling menolong. Ketika di dunia inilah, seorang bapak wajib menolong anaknya dan seorang anak wajib pula menolong bapaknya. Tolong menolong yang dimaksudkan oleh Allah adalah : ‘ta’awanu ‘alal birri wat taqwa’ – tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa – ‘wa la ta’awanu ‘alal istmi wal ‘udwan’ – dan bukan tolong menolong dalam keburukan – itu yang harus kita kerjakan.

Ketiga, Allah memastikan bahwa janjiNya pasti benar. Artinya, Allah tidak akan mengingkari janjiNya. Itulah sebabnya, manusia diingatkan tentang pentingnya saling menolong selagi masih di dunia, karena ketika kehidupan dunia ini berakhir, akan diganti dengan kehidupan lain yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Hidup di dunia ini ada akhirnya, begitu janji Allah yang tidak akan diingkari oleh Allah. Kehidupan dunia akan berakhir. Dan begitu kehidupan dunia ini berakhir, maka dimulailah kehidupan akhirat. Ada kehidupan lain yang disebut akhirat. Itupun janji Allah, dan janji Allah pasti benar.

Keempat, karena janji Allah pasti benar, maka Dia mengingatkan, ‘janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini memperdayakan kamu’. Allah mengingatkan supaya kita tidak tertipu oleh kehidupan dunia. Mengapa ? ‘Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan’. ( QS 11 : 15 ). Ini yang disebut istidraj, yaitu pemberian Allah yang tidak disertai dengan kebaikan, untuk membuat manusia terpesona hingga lupa kepada si pemberi, yaitu Allah. Ini pula yang disebut sebagai tipudaya kehidupan dunia, sehingga manusia lupa bahwa setelah hidup di dunia ada akhirat. Kalau ketika di dunia kita lalai bertolong-menolong, maka nanti di akhirat, sudah tidak ada waktu lagi untuk saling menolong. Sehingga Allah memberitahu kita : ‘Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan’. ( QS 11 : 16 ).

Kelima, Allah mengingatkan supaya kita tidak terperdaya oleh penipu, yaitu syaitan, dalam memahami Allah. Yang dimaksudkan dengan memahami Allah di sini adalah memahami hakikat asmaNya, hakikat sifatNya, hakikat af’alNya dan hakikat zatNya, sehingga dengan demikian kita akan memahami hakikat kehendak Allah yang harus kita patuhi.

Dengan ini pula kita diingatkan bahwa kepatuhan kepada Allah hanya mungkin dapat terlaksana dengan baik, manakala kita mampu memahami hakikat kehendakNya, yang berarti pula memahami hakikat perintah dan laranganNya. Kita diingatkan untuk menjadi lebih arif, tidak terjebak oleh pemahaman tekstual dari kitab suci maupun hadist. Kita harus menukik menemukan makna hakikat dari teks al Quran dan hadist supaya kita berhasil menemukan roh atau jiwa dari perintah dan larangan Allah maupun RasulNya. Supaya kita terhindar dari virus penyakit yang ditebarkan oleh iblis dan keturunannya yang gagal memahami hakikat perintah Allah untuk bersujud pada Adam.

Iblis menolak, karena ia hanya melihat Adam secara tekstual, Adam secara jasad yang diciptakan oleh Allah dari tanah. Iblis tidak mampu melihat hakikat Adam, yakni roh yang ditiupkan Allah. Roh Adam yang berasal dari Allah, merupakan bagian dari Allah di situlah letak kemuliaan Adam dan anak keturunannya, yakni umat manusia, termasuk kita sekarang.

Karena Iblis terhijab, sehingga gagal memahami hakikat Adam, maka dia diusir dari sorga oleh Allah. Inilah pelajaran yang sangat berharga, agar kita mampu mencerap hakikat dari perintah dan larangan Allah sehingga kita mampu menghidupkan jiwa ibadah yang benar dalam hidup kita.

Wallohua’lam.*****

Bekal Ketakwaan

Firman Allah :
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu Furqaan, dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar”. ( QS 8 : 29 )

Dalam ayat ini, Allah mengajarkan kepada kita hal yang sangat berguna. Pertama, Allah mengkhususkan panggilannya kepada orang-orang yang beriman. Jadi, orang-orang yang tidak atau belum beriman, tidak dipanggil melalui ayat ini. Kekhususan ayat ini juga terletak pada kondisi keimanan seseorang.

Kedua, Allah mengajarkan kepada kita tentang sebuah kondisi tertentu yang harus dimiliki oleh orang yang beriman. Sehingga kalimat dalam ayat ini – menurut kaidah bahasa – disebut sebagai kalimat dengan kondisional tertentu. Apakah kondisi atau syarat yang harus mengikuti keimanan ? Jawabannya ada pada frase : jika kamu bertakwa kepada Allah. Ini penting sekali menjadi perhatian setiap orang yang telah dikhususkan panggilannya oleh Allah, yaitu orang-orang yang beriman, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah. Tanpa takwa, keimanan kalian tidak ada gunanya. Itulah sebabnya, takwa yang dimaksud oleh Allah adalah pembuktian terhadap apa yang telah diimani.

Ketiga, Allah seakan-akan melontarkan pertanyaan kepada kita. Mengapa keimanan harus disertai dengan pembuktian terhadap yang kita imani ? Rupanya, karena Allah akan memberikan kepadamu furqon, menghapuskan segala kesalahanmu, dan mengampuni dosamu.

Tiga alasan itulah yang menyebabkan Allah mengkhususkan panggilannya kepada orang-orang yang beriman, yaitu keinginan Allah untuk memberikan furqon, menghapus segala kesalahan dan mengampuni dosa orang-orang yang beriman. Tiga hal ini dapat disebut sebagai paket khusus dari Allah untuk orang-orang beriman. Namun, untuk mendapatkan paket khusus ini, orang beriman terlebih dahulu harus melakukan pembuktian terhadap apa yang diimaninya itu.

Mari kita lihat satu demi satu isi paket khusus tersebut.

Pertama, furqon. Secara harafiah, furqon bermakna pembeda. Tetapi secara substansial, yang dinamakan furqon adalah kemampuan untuk membedakan yang hak dan yang bathil, yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Kemampuan untuk membedakan ini hanya mungkin dipunyai oleh orang beriman yang sudah mengenal al-Haq melalui pembuktian. Sebelum seseorang mengenal al-Haq, Yang Mahabenar, maka yang ia kenal barulah kebenaran-kebenaran relatif, atau kebenaran subyektif menurut sudut pandangnya sendiri.

Jadi, furqon, adalah hasil pertama dari keimanan yang telah disertai dengan pembuktian terhadap apa yang diimaninya. Ini, penting kita sadari, karena sungguh, iman itu bukan suatu barangjadi yang dapat langsung melekat pada seseorang begitu saja. Ada proses, yang diisyaratkan oleh Allah : ‘Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.’ (QS 10 : 100). Keimanan hanya diberikan kepada manusia dengan izin Allah, artinya, dengan kehendak Allah setelah manusia berupaya untuk meraih dan mendapatkan izinNya.

Kedua, dihapuskan kesalahan-kesalahannya. Dalam bahasa al Quran disebut dengan istilah ‘wayukaffir ankum sayyiatikum’. Ditutupi semua keburukan-keburukanmu. Jadi, kemungkinan, orang-orang yang beriman masih melakukan hal-hal buruk yang tidak disengaja atau yang tidak kuasa dihindari. Tetapi, Allah memberikan kemurahan dengan menutupi keburukan-keburukannya. Sungguh, kemurahan Allah ini layak kita raih dengan ketaqwaan.

Ketiga, diampuni dosa-dosanya. Dosa paling besar manusia adalah seperti yang difirmankanNya : ‘Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.’ ( QS 4 : 116 ).

Dosa, adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang merasa gelisah. Jika hati manusia dihinggapi rasa gelisah, sesungguhnya hal tersebut merupakan salah satu tanda bahwa hatinya hidup, sadar, sehingga ada upaya untuk mencari sumber ketenangan, yaitu Allah. Pada tahap inilah, manusia diminta untuk jujur pada dirinya sendiri, tidak berusaha menutupi kegelisahannya dengan berpura-pura. Sikap pura-pura ini tidak dikehendaki oleh Allah, karena ia merupakan salah satu tanda kemunafikan. Allah menghendaki kejujuran. Dan kejujuran yang utama adalah kejujuran kepada diri sendiri.

Wallohua’lam.

Kamis, 11 Juni 2009

Nilai Perbuatan Baik



Ukuran kualitas iman seseorang, sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran, adalah ahsanu 'amalan bukan aktsaru 'amalan (yang terbaik perbuatannya bukan yang terbanyak perbuatannya). Beberapa hadis dalam kitab hadis Sahih Bukhari menyatakan bahwa iman itu ucapan yang disertai perbuatan. Iman dapat berkurang dan bertambah. Dalam beberapa ayat Alquran, kata iman selalu berpadanan dengan amal saleh, sehingga tidak mungkin orang yang beriman tidak beramal saleh. Allah SWT berfirman: ''(Tetapi) orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.'' (Q.S. 84: 25).

Dalam ayat lain, Allah SWT berjanji: ''Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar.'' (Q. S. 85: 11). Lalu dalam surat Al-'Ashr, ayat 2 dan 3 juga dinyatakan: ''Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan....''

Karena iman itu bisa bertambah dan berkurang, ia bukan sekadar perkara niat yang bersemayam di dalam hati dan sulit diukur (bertambah dan berkurangnya), tetapi konkret dalam amal perbuatan yang bisa diukur, atau muncul dalam bentuk akhlak yang baik. Wujud iman dalam perbuatan mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama melihat hubungan suatu perbuatan dengan pelaku, digerakkan oleh faktor psikologis (niat). Sementara dimensi yang kedua melihat kegunaan suatu perbuatan dalam kehidupan manusia (manfaat).

Karena itu pernyataan bahwa segala sesuatu tergantung dari niatnya, mempunyai pengertian sesuatu yang bermanfaat belum tentu lahir dari niat yang suci murni. Tapi niat yang suci bersih selalu berusaha mewujudkan ahsanu 'amalan. Hendaklah kiprah kita dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat individu (seperti, makan, minum, mencari nafkah, menuntut ilmu dll.) maupun yang bersifat sosial (seperti, menolong orang lain, ikut menanggulangi kebodohan, kemiskinan, melepaskan dari belenggu ketertindasan, dst.), jangan hanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan asas manfaat, tapi harus dilandasi oleh niat yang tulus ikhlas.

Hanya dengan itu, kita akan terhindar dari gagah-gagahan, megah-megahan, pintar-pintaran, mencari pangkat, kedudukan dan popularitas, serta motivasi-motivasi rendah lainnya yang bersifat materialistis. Sebab iman dan amal saleh seperti yang disebutkan dalam nash-nash Alquran dan As-Sunnah, menunjukkan bahwa niat suatu perbuatan adalah rohnya, dan rohnya amal saleh adalah ikhlas. Allah berfirman: ''Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.'' (Q. S. 35: 10). -

Kamis, 04 Juni 2009

Mengapa Pria Hanya Senang Saat Mengejar Wanita?



Anda mungkin pernah mengalami dikejar-kejar oleh pria. Anda tidak begitu menginginkan pria tersebut, namun melihat kegigihannya akhirnya Anda menyerah dan bersedia menjadi kekasihnya. Anehnya, setelah itu Si Dia malah perlahan menghilang dan terlihat mulai kehilangan hasrat.

Bila hal ini terjadi, mungkin pria tersebut memang hanya menikmati saat masih mengejar Anda. Jangan lantas merasa menjadi korban, karena ternyata banyak pria yang hanya menikmati masa-masa dirinya mengejar seorang wanita. Hal ini memang menunjukkan bahwa Si Dia tidak cukup dewasa, karena terkesan alergi dengan komitmen. Namun Anda pun tak perlu khawatir: jika Si Dia memang "The One" bagi Anda, ia tak akan pernah kehilangan hasratnya pada Anda sampai kapan pun!

Anda ingin tahu mengapa pria menyukai saat ia masih mengejar wanita yang diincarnya?

Tidak ada beban. Ketika pria mengejar seorang wanita, ia tidak memiliki tekanan atau beban untuk berhasil atau mencapai tujuannya. Jadi ketika wanita tersebut mulai memujinya, seperti menyebutnya "ganteng", pria merasa masa pengejarannya akan berakhir. Diterima adalah berita baik, namun selanjutnya pria merasa dibebani tanggung jawab atau kewajiban untuk membahagiakan wanita tersebut.

Gambaran ideal. Ketika pria melakukan pendekatan terhadap wanita yang diincarnya, biasanya ia belum mengetahui banyak hal mengenai wanita tersebut. Tahap pengejaran adalah saatnya menggali banyak informasi tentang si wanita, dan mempelajari lebih banyak mengenai dirinya. Tepatnya, dengan cara "mengintainya". Saat memata-matai wanita, pria merasa di situ lah ia makin jatuh cinta. Pria membentuk gambaran sendiri tentang wanita yang diincarnya. Ketika akhirnya ia berhasil mendapatkan wanita tersebut, ternyata wanita itu jauh dari gambaran yang dibayangkannya.

Sifatnya yang kompetitif. Pria senang berburu. Dengan berburu, pria memenuhi hasratnya untuk mendapatkan sesuatu, meskipun akhirnya mereka tidak menjadi pemenang. Perburuan itu lebih menyenangkan buatnya, karena terasa begitu alami. Sebaliknya, pria tidak merespons ketika dikejar-kejar, karena mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat.

Mabuk kepayang. Anda tentu tahu bagian yang menyenangkan saat menjalin hubungan, ketika segalanya masih baru dan Anda merasa mabuk kepayang. Perut Anda terasa mulas setiap kali Anda melihat sosok pria ini. Salah satu bagian dari rasa mabuk ini adalah Anda merasa tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya, dari sisi yang positif. Inilah esensi dari kesenangan saat mengejar seorang wanita: segala sesuatu mungkin terjadi.

Ia bisa tetap single saat mengejar wanita. Saat masih dalam tahap pendekatan, pria bisa melakukannya dengan beberapa wanita sekaligus. Toh, ia belum terikat dengan siapa pun, sehingga tidak perlu bertanggung jawab dengan perasaan beberapa wanita yang didekatinya. Salah satu dari wanita itu pasti akan menolaknya lebih dulu.

Ia menyukai kerjasamanya. Saat mengejar Anda, ia juga mendekati sahabat Anda untuk mengetahui apa yang Anda bicarakan, kemana Anda biasa bepergian di akhir minggu, atau, adakah kemungkinan baginya untuk mendapatkan Anda? Si Dia dan sahabat Anda lalu membuat rencana dan menentukan suatu tujuan: bagaimana cara mendapatkan Anda. Namun ketika ia mulai mengencani Anda, sahabat Anda tentu tidak lagi dilibatkan. Tidak ada lagi "breaking news" dari sang sahabat yang membuatnya berdebar-debar, misalnya, bahwa Anda akan ikut menghadiri resepsi perkawinan Si Anu. Hilang pula lah segala kegairahan dan harapan yang ia rasakan dalam masa ini.

Wanita itu sulit ditaklukkan. Pria sangat penasaran ketika seorang wanita sulit ditaklukkan, bukan dalam arti jual mahal, tetapi bahwa wanita ini misterius atau tidak dapat ditebak. Hal ini membuat pria ingin tahu apa yang dapat dilakukannya untuk membuat sang wanita bertekuk lutut. Pria juga berpikir, "Ia akan menjadi milik saya suatu saat, entah bagaimana caranya!"

Maka berbagai pergolakan perasaan yang dialami pria saat mendekati dan mengejar wanita, seperti perburuan, kekhawatiran akan komitmen, kesetiakawanan dengan teman-temannya, itulah yang dinikmatinya.

Mendekatkan Diri



Dalam sebuah dialognya, Nabi Musa a.s. pernah bertanya kepada Allah, ''Apakah Engkau jauh sehingga aku perlu memanggil-Mu keras-keras, atau Engkau dekat sehingga aku cukup berbisik kepada-Mu?'' Jawab-Nya, ''Kalau Kukatakan jauh, kamu tak dapat mencapainya, dan kalau Kukatakan dekat, kau pun tak bakal mampu menempuhnya.''

Pernyataan Tuhan di atas, menurut pakar tafsir Al-Raghib al-Ashfahani di kitab Al-Mufradat fi Gharib Alqur'an, bermakna bahwa Tuhan pada hakikatnya amat dekat hamba-Nya. Bahkan menurut Q.S. 50: 16, Tuhan justru lebih dekat kepada manusia ketimbang urat nadinya. Namun, kedekatan-Nya tidaklah bersifat fisik seperti dibayangkan Musa dalam dialog di atas, melainkan bersifat rohani dan spiritual.

Ia mendekati hamba-Nya melalui petunjuk dan limpahan nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga banyaknya. Inilah makna kedekatan Allah kepada manusia. Lalu, bagaimana dengan kedekatan manusia kepada-Nya? Menurut al-Ashfahani, kita dapat mendekati-Nya secara rohani pula, yaitu menghiasi diri sebanyak mungkin dengan ''sifat-sifat'' Allah, seperti sifat bijak-bestari (hikmah), sifat ilmu, sifat penyantun, dan kasih sayang. Ini semua dapat terjadi -- meski disadari bahwa manusia tidak mungkin menjadi Tuhan -- bila kita mampu menghilangkan berbagai kotoran dan dosa kita.

Setiap kita tentu berbeda-beda kedekatannya dengan Allah, bergantung dan setingkat dengan upaya yang kita lakukan. Menurut Syekh Islam Ibnu Taimiyyah dalam sekian banyak karyanya, orang-orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok.

Pertama, kelompok al-muqtashidun, kelompok sedang atau pertengahan, yaitu orang-orang yang mendekati Allah dengan menjalani semua kewajiban dan menjauhi semua larangan Allah SWT. Kedua, kelompok al-muqarrabun, kelompok terdepan, yang mendekati Allah bukan saja dengan melakukan seluruh kewajiban dan menjauhi semua larangan, melainkan juga melengkapi diri dengan berbagai ibadah-ibadah sunnah (al-mandubat). Bahkan mereka mampu menjadikan semua aktifitasnya, meski tidak bersifat khas keagamaan, bermakna dan memiliki nilai pengabdian.

Allah akan menyambut hamba-Nya yang dengan tulus dan ikhlas hendak kembali ke jalan-Nya. Dalam sebuah hadits Qudsi yang sangat populer di kalangan kaum sufi, Allah SWT berfirman, ''Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku sejengkal, maka aku telah datang menghampirinya sehasta. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang menyambutnya dengan berlari. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berlari, maka aku datang menyongsongnya lebih cepat lagi.''

Sungguh beruntung orang yang memiliki kesadaran untuk kembali ke jalan-Nya dan mendekatkan diri pada-Nya sebesar apa pun dosa dan kesalahan yang pernah ia lakukan. Pintu taubat dan pintu rahmat-Nya selalu terbuka lebar-lebar bagi siapa saja yang mau mengetuk dan membukanya

Rabu, 03 Juni 2009

Inilah Curhat yang Membawa Prita ke Penjara


Prita Mulyasari dan dua anaknya

JAKARTA, KOMPAS.com — Prita Mulyasari, ibu dua anak, mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang, Banten, gara-gara curhatnya melalui surat elektronik yang menyebar di internet mengenai layanan RS Omni Internasional Alam Sutera.

Kisah Prita bermula saat ia dirawat di unit gawat darurat RS Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Selama perawatan, Prita tidak puas dengan layanan yang diberikan. Ketidakpuasan itu dituliskannya dalam sebuah surat elektronik dan menyebar secara berantai dari milis ke milis.

Surat elektronik itu membuat Omni berang. Pihak rumah sakit beranggapan Prita telah mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut beserta sejumlah dokter mereka. Seperti apakah surat Prita yang membawanya ke penjara?

Berikut ini adalah surat prita.


RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB FIKTIF

Prita Mulyasari - suaraPembaca

Jangan sampai kejadian saya ini menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut berstandar International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah trombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr I (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan 27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke 39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr H saja.

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun, janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis.

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan manajemen. Atas nama Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya.

Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000. Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit 181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.

Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut.

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B). Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing. Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.

Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M, dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis dari dokter ini.


Salam,
Prita Mulyasari
Alam Sutera



sumber. ww.kompas.com

Kehilangan

Setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan -- tidak saja harta, tapi juga kesehatan, kehormatan, kekasih, dan cinta. Bahkan, keberhasilan yang dicapai seseorang -- kata psikolog Harold H Bloomfield -- pada sisi tertentu sebetulnya merupakan suatu kehilangan. Yaitu, kehilangan sasaran yang akan diperjuangkan.

Ada orang yang bisa bersabar menerima musibah kehilangan. Namun, banyak pula yang bingung, stres, bahkan gila karena tidak bisa menerima kehilangan tersebut. Keterikatannya yang kuat pada sesuatu yang dimilikinya menjadikan 'jiwanya terputus dan hampa' jika sesuatu itu hilang.

Kehilangan bisa menimpa siapa saja. Tak pandang bulu. Lelaki, perempuan, anak-anak, orang tua, orang desa, orang kota. Siapa saja. Ini karena kehilangan adalah sebuah proses yang harus dilalui dalam perguliran kehidupan.

Di dunia, kehilangan pada hakikatnya merupakan unsur esensial dalam proses penciptaan. Bunga mawar merekah, kuntum pun hilang. Tanaman mekar, biji pun hilang. Fajar menyingsing, malam pun hilang. Kematian datang, hidup pun hilang.

Dalam hal terakhir ini, banyak orang menganggap kehilangan hidup adalah tragedi terbesar dalam perjalanan sejarah manusia. Itulah sebabnya, orang berusaha mempertahankan hidup dengan sekuat tenaga dan biaya. Bahkan untuk mempertahankan hidupnya, tak sedikit orang yang rela mengorbankan apa saja -- termasuk keimanannya. Padahal, kehilangan hidup adalah sesuatu yang alami, yang pasti akan terjadi.

Hidup memang karunia Allah terbesar pada ciptaan-Nya. Sejauh ini tidak ada orang yang mampu menciptakan hidup. Robot canggih dengan sejuta mikrochip dan sensor elektrokimiawi pun tidak mampu menjalani hidup seperti halnya makhluk hidup ciptaan Allah.

Bagaimana dengan kematian? Kematian, sesungguhnya tidak kalah menakjubkannya dengan hidup. Kematian, sebagaimana hidup, adalah karunia terbesar dari Allah kepada makhluk ciptaan-Nya. Sebab, kematian -- tidak seperti matinya robot ciptaan manusia -- merupakan gerbang dari kehidupan baru.

Alquran, misalnya, memandang kematian sebagai awal kehidupan yang sebenar-benarnya. Itulah sebabnya, sufi Yazid Bustomi, sangat heran mengapa orang takut mati. Bukan kehidupan yang takut pada kematian, kata Yazid Bustomi, tapi kematian yang seharusnya takut pada kehidupan. Kesadaran Bustomi ini muncul karena ia melihat kematian sebagai awal dari kehidupan yang hakiki.

Bila kita melihat ini, maka kematian sesungguhnya jauh lebih menakjubkan dibanding kehidupan. Ini karena kematian merupakan awal dari kehidupan manusia yang benar-benar riil, adil, peka, dan segalanya. Allah, misalnya, melukiskan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan. Sedangkan hidup setelah kematian adalah sebuah kehidupan yang sebenar-benarnya kehidupan. ''Dan tiadalah kehidupan dunia melainkan suatu senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah yang merupakan kehidupan sebenarnya kalau mereka mengetahui (QS. 29: 64). Untuk itulah, Allah selalu mewanti-wanti manusia untuk membekali diri dalam mengarungi kehidupan yang sebenar-benarnya. ''Bertakwalah kepada Allah, wahai manusia. Perhatikan apa yang telah kau perbuat untuk kehidupan akhiratmu.'' (QS. 59:18).

Selasa, 26 Mei 2009

Padu Padan Blazer ala Selebriti



Blazer ngetren lagi. Busana ini tak hanya dapat dikenakan dalam acara formal, tetapi juga santai. Jika Anda kebetulan hanya mengenakan t-shirt dan mendadak harus menghadiri acara semi formal, Anda tinggal memakai blazer. Serunya, tidak ada aturan mengenai mix and match blazer dan pakaian kita, sehingga kita bebas menampilkan gaya pribadi. Coba lihat gaya selebriti di sini:

*Blazer model klasik, atau pas di badan, akan tetap terlihat keren jika kita bisa mempadankannya dengan serasi. Lihat gaya Gwyneth Paltrow (gambar 1, kanan). Blazer hitamnya yang klasik tidak terlihat kaku saat menutup t-shirt-nya yang ringan melayang. Tarik lengan blazer ke siku, dan tegakkan kerah blazer di bagian tengkuk. Modal untuk menerapkan gaya ini cukup percaya diri!

*Blazer biru dengan kerah lebar ber-resleting seperti yang dikenakan Rachel Bilson (gambar 2, kiri) membuat penampilannya makin stylish. Sedangkan t-shirt lusuh warna kelabu milik Ashley Olsen mendadak membuat penampilannya menjadi sedikit formal ketika ditutup dengan blazer dan jeans warna hitam.

*Tidak banyak orang yang tahu bagaimana mengenakan blazer berwarna creamy seperti Mary Kate Olsen ini (gambar 3, kiri). Tetapi ia bisa memakainya dengan sentuhan khasnya yang unik. Cukup dengan blus satin berwarna senada, lalu tuntaskan dengan superwide belt warna beige di sekelilingnya. Tiru gaya ini saat Anda hendak menghadiri acara formal. Untuk urusan membuat gaya yang personal, si kembar ini memang juaranya. Pada gambar sebelah kanan, Olsen masih memadukan belt lebar dan blazer, kali ini dengan rok lilit yang trendy.

*Si kembar Mary Kate dan Ashley Olsen terlihat cukup sering mengenakan blazer untuk jalan-jalan. Coba lihat (gambar 4), mereka dengan cuek memakai blazer-nya dengan celana pendek atau dengan terusan model kemben. Gaya ini bisa diterapkan untuk jalan-jalan ke mal, biar enggak kedinginan saat nongkrong atau nonton di bioskop.

5 Kesalahan dalam Berpakaian


Sepatu tertutup tanpa hak tebal selain bisa membuat tampilan Anda menarik, melindungi kaki, juga nyaman.


Jangan takut, kita semua pasti akan belajar dari pengalaman. Bahkan stylist pakaian pun pernah melakukan kesalahan. Karena itu, jangan takut untuk bereksperimen dengan gaya berpakaian Anda. Bagaimana Anda tahu apa yang cocok atau tidak di tubuh Anda jika tak dicoba? Berikut adalah beberapa hal yang perlu dicek sebelum Anda keluar dari rumah, hanya untuk memastikan saja, apakah pakaian Anda sudah "aman":

VPL
Ini merupakan salah satu kebiasaan yang tak terlalu sering digubris para wanita. Kebanyakan wanita di Indonesia cenderung cuek dengan hal yang satu ini. Salah satu warna celana alternatif selain hitam adalah putih atau krem. Namun, bahayanya, ketika mengenakan celana bahan berwarna putih atau krem, sering terlihat garis bayangan celana dalam (sering disebut visible panty lines, disingkat VPL). Bagi orang Barat, hal semacam ini bisa dibilang "tindak pidana" dalam bidang fashion. Mengapa? Karena hal ini dianggap tidak sopan. Garis "bingkai" celana dalam yang terlihat dari luar sama menjijikkannya dengan melihat celana dalam yang "mengintip" keluar dari belakang (antara celana yang berpotongan rendah, dan atasan yang terlalu pendek). Mengakalinya?

Di Amerika, thong (celana dalam yang sangat minim, berupa seutas tali di bagian belakangnya) bukan lagi barang baru atau tabu. Namun, masyarakat Indonesia masih malu-malu ketika memakainya. Memakai thong seolah memberi kesan "binal" pada pemakainya sehingga untuk membicarakannya saja kita sudah geli duluan. Nah, alternatifnya, jika Anda berkesempatan jalan-jalan ke toko pakaian dalam, coba cari celana dalam yang sangat tipis, khusus untuk pakaian yang tipis atau gaun sangat halus. Pakaian dalam tipis ini dibuat sedemikian rupa, hingga pinggirannya tidak memiliki jahitan yang menebal seperti celana dalam umumnya sehingga menempel erat di tubuh.

Stocking
Jika Anda perhatikan, stocking saat ini sudah banyak digemari para wanita Indonesia. Selain melindungi kaki dari debu, membuat kaki terlihat lebih cantik, juga memberi kehangatan. Stocking juga dimaksudkan untuk membuat betis terlihat lebih cantik dan seksi, bukan untuk mempertontonkan jari jemari yang tertutup stocking. Maka, hindari mengenakan stocking dengan sepatu yang terbuka di bagian ujung. Pastikan sepatu yang Anda kenakan cukup tertutup, baik di bagian depan maupun bagian ujung.

Super matching
Mungkin sejak kecil kita diajarkan untuk memakai pakaian yang senada. Jika mengenakan tas coklat, maka sepatunya pun mesti hitam. Ini tidak salah. Namun, yang tidak enak dilihat adalah ketika seseorang mengenakan pakaian super matching, yakni senada dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tren ini mungkin berlaku di tahun '80-an. Namun ketika tren lain yang juga booming di '80-an kembali digemari, tren super matching tidak ikut kembali. Jika memang Anda suka yang senada dan kebetulan yang ada hanyalah warna yang sama dari atas hingga bawah, cobalah cari sesuatu untuk membuat penampilan Anda lebih menarik dengan warna berbeda, misalnya ikat pinggang besar berwarna lain, atau ganti tas tangan dan riasan dengan warna yang tak terlalu senada.

Mengenakan pakaian tak sesuai ukuran
Penting untuk Anda sadari, ukuran tubuh serta ukuran pakaian yang ingin Anda kenakan. Jangan paksakan untuk mengenakan pakaian yang sedang diskon jika ukurannya tidak sama. Hanya berpikir, "nanti juga muat" atau "nanti aku akan diet, kok". Nyatanya, Anda hanya akan buang-buang uang. Sebaiknya, kenakan pakaian yang memang nyaman di tubuh, tidak membuat saluran napas atau peredaran darah Anda tersumbat. Jangan terlalu memusingkan Anda harus selalu ikut tren. Hanya karena jins Anda pas kuliah kembali menjadi tren, lalu Anda paksakan untuk memakainya. Wah, itu tak hanya akan membuat Anda seperti korban fashion, tapi juga membuat Anda tak nyaman bergerak. Tak lucu, kan jika tiba-tiba teman Anda menyapa sambil menatap timbunan lemak yang "tumpah" di bagian perut Anda? Maka, sebelum membeli pakaian, selalu pastikan Anda mencobanya di kamar pas, biasanya mereka menyediakan 3 buah cermin dari berbagai arah untuk memastikan pakaian itu pas di tubuh Anda dari berbagai sudut pandang.

Investasi pada sepatu tanpa hak yang cantik
Di Jakarta, biasanya kita terbiasa dengan lalu lintas yang sangat padat. Tak jarang, di pagi hari kita harus berjibaku dengan orang-orang dari berbagai penjuru dunia hanya untuk tiba di kantor. Berdesakan, berlarian mengejar bus, atau berlari kecil dari jalan raya menuju kantor karena sudah terlambat. Wah, bayangkan kerja keras kaki Anda yang harus melewati itu semua. Tak heran orang-orang memilih alas kaki tanpa hak untuk bertarung melawan itu semua, lalu ganti sepatu setibanya di kantor. Namun, Anda perlu perhatikan pula alas kaki yang Anda pilih untuk bertarung di jalanan itu. Kebanyakan orang sudah berinvestasi di baju kerja yang bagus, sayang kan kalau tiba-tiba di bawahnya dipasangkan dengan sandal jepit. Tak hanya membuat tampilan Anda terlihat asal, tetapi juga berbahaya. Kaki Anda bisa terluka, karena kulit terekspos begitu saja. Lebih amannya, beli sepatu semacam ballerina flat atau sepatu tertutup yang tanpa hak. Untuk kenyamanan, plus keamanan kaki Anda. Siapa tahu, ketika dalam perjalanan Anda bertemu calon klien, betapa leganya Anda sudah berinvestasi pada sepatu yang mengkomplimen penampilan.

Tips semacam ini perlu diketahui untuk membuat Anda semakin kaya akan pengetahuan dan bisa tampil sebaik mungkin, bukan untuk membebani Anda.

Awas, Skinny Jeans Bikin Sakit Saraf


Hati-hati mengenakan pakaian yang terlalu ketat. Bisa menghambat aliran saraf dan darah di tubuh.


Wanita memang mahluk yang konsumtif. Hal ini tidak perlu dielakkan lagi. Wanita selalu ingin tampil semenarik mungkin. Dari sepatu stilleto runcing berhak tinggi, oversized bag yang sangat berat, hingga baju yang sangat ketat supaya terlihat lebih ramping. Pakaian semacam itu tak mungkin setiap hari dikenakan, karena kurang nyaman. Salah satu jenis pakaian yang bisa berbahaya jika dikenakan setiap hari adalah skinny jeans.

Adalah Parmeet Ghoman (28) yang tinggal dekat San Fransisco, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa ia adalah salah satu wanita yang tak masalah harus tersiksa demi fashion. ”Saya adalah tipe orang yang membeli sepatu 2 ukuran lebih kecil dari ukuran kaki saya hanya karena modelnya lucu, karena mereka (toko) sedang obral,” terangnya. Akibat kebiasaannya yang senang mengenakan pakaian ketat, ia pun harus mengalami rasa sakit.

Suatu waktu di bulan Desember, ketika sedang mengenakan skinny jeans super ketatnya, Ghoman merasakan suatu perasaan aneh dari kaki hingga paha. Ketika bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan, dan perasaan itu makin aneh. Ia merasa seperti melayang, karena tak bisa merasakan kakinya.

Dr. John England, neurologis dari American Academy of Neurology, New Orleans, mengatakan, “Pada beberapa orang, saraf sangat rentan terhadap tekanan.”Skinny jeans yang dikenakan Ghoman bisa jadi merupakan penyebabnya. Celana tersebut menciptakan suatu kondisi yang dinamakan meralgia paresthetica, yang juga disebut sebagai ’sindrom sensasi menggelitik di paha’ (tingling thigh syndrome). Hal ini bisa terjadi jika ada tekanan secara terus-menerus. Untuk kasus Ghoman, adalah celana superketatnya yang menghambat saraf femoralnya, yang menciptakan rasa kebas, atau rasa terbakar di daerah paha.

Umumnya, penderita kelainan pada saraf semacam ini adalah para pekerja konstruksi, atau polisi dengan sabuk yang diikatkan di paha, wanita hamil atau orang dengan kondisi obesitas, juga akibat sabuk pengaman di mobil yang mengalami kecelakaan. Namun, belakangan, kondisi semacam ini sering ditemukan pada wanita dengan berat badan normal. Penyebabnya, tak lain dan tak bukan, celana denim yang terlalu ketat.

Saraf femoral cutaneous menjalar dari bagian luar pelvis dan ke arah paha. Ini merupakan saraf murni, tak mengatur otot atau pun menyokong kekuatan. Apa pun yang terlalu ketat di daerah paha secara potensial bisa menekan saraf yang melalui daerah tersebut. Dr. William Madosky, pelaku kesehatan chiropractic dari Richmond Heights, Missouri, mengatakan, bahwa sepatu hak tinggi semakin menambah kemungkinan sensasi mati rasa karena sepatu hak tinggi menopang tubuh ke arah depan, sehingga menumpu ke depan, menekan pelvis ke depan, meningkatkan tekanan terhadap saraf tadi.

Madosky juga mengatakan, belum ada catatan bahwa rasa sakit di paha akibat tekanan tersebut bisa menjadi sakit permanen. Biasanya hanya sementara, asal penyebab tekanan tadi diganti, dan tidak lagi dikenakan.

Tipe Ibu Seperti Apakah Anda?



Menjadi seorang ibu merupakan masa-masa paling penuh tantangan dalam hidup seorang wanita. Suatu saat Anda merasa jadi orang paling bahagia sedunia, tetapi pada saat yang lain Anda merasa sangat sedih dan sendiri. Memiliki seorang bayi merupakan sebuah perubahan yang sangat besar dalam hidup seseorang yang secara alamiah memerlukan sebuah adaptasi dari Anda.

Sifat dasar seorang wanita biasanya memiliki sebuah pola dan sebuah refleksi diri bisa membantu kita menghadapi ekspektasi dan emosi untuk menghadapi kebahagiaan dan tantangan menjadi seorang ibu.

Mengenali siapa diri Anda dan memahami bagaimana cara alamiah Anda menghadapi masalah bisa membantu Anda menjalani emosi, memutuskan sebuah masalah, dan beradaptasi pada situasi baru sambil menikmati waktu bahagia dalam hidup Anda.

Umumnya, ada lima tipe kepribadian calon ibu, seperti dipaparkan www.femalefirst.co.uk, yakni

* Pencemas
Tipe ibu yang kecanduan dalam mencari informasi. Secara sadar-tak sadar selalu mencari informasi sebanyak-banyaknya. Selalu mencari nasihat dari teman, keluarga, banyak membaca majalah dan buku-buku kehamilan. Meski hal ini baik untuk memperkaya pengetahuan, namun terkadang bisa membuat Anda kelelahan dengan banyaknya informasi yang didapat. Tak jarang Anda malah bingung memutuskan sesuatu karena terlalu banyak informasi.

Jika Anda merasa menjadi ibu tipe yang seperti ini, penting untuk diingat, bahwa sangat alamiah untuk mencemaskan hal yang paling berharga dalam diri Anda -yakni bayi Anda. Untuk menghindari kebingungan, kurangi banyaknya sumber informasi. Hanya gunakan satu situs untuk mencari informasi, cukup temui satu dokter yang Anda nyaman untuk diajak berdiskusi, dan untuk mendapatkan informasi faktual bagi Anda dan si buah hati.

* Kompetitif
Seorang ibu yang kompetitif selalu ingin menjadi yang terdepan dari yang lainnya. Anda mungkin orang yang pertama kali hamil di antara teman-teman Anda. Karena itu, Anda pasti yang paling banyak membaca buku-buku pengetahuan seputar kehamilan. Biasanya, karena sifat alami Anda yang senang berkompetisi, Anda sering mengabaikan informasi dari orang lain karena merasa sudah paling tahu.

Tak jarang, Anda membagi informasi tanpa perlu ditanya. Sebenarnya pengetahuan Anda mungkin memang sudah cukup banyak, namun tak ada salahnya untuk mendengarkan orang lain sekali waktu. Yang terpenting adalah Anda mengetahui apa yang terbaik untuk Si Kecil, apa pun yang dilakukan orang lain.

* Profesional
Tipe semacam ini, tipe yang sangat teratur, rasional, pengikut sistem. Ibu profesional tak mau kompromi jika berkaitan dengan bayinya. Anda akan melahirkan di rumah sakit, dikelilingi peralatan medis, dokter, dan personel medis yang sangat profesional untuk mencegah komplikasi yang tak diduga. Anda akan mencoba mencari rasionalisasi mitos-mitos seputar kehamilan dan kelahiran, selalu berkonsultasi dengan dokter. Jika ini adalah tipe Anda, cobalah untuk bersantai sejenak.

Meski persiapan memang penting, biarkan bidan atau dokter Anda membimbing Anda setiap jalannya. Jangan terlalu tegang. Kebanyakan kebahagiaan dan pelajaran menjadi seorang ibu datang dari hal-hal yang datang mendadak, dan hal-hal seperti inilah yang akan Anda ingat ke belakang dan rasakan bahagianya. Dengan lebih bersantai, Anda akan menjadi lebih fleksibel menghadapi permasalahan menjadi seorang ibu. Anda kan lebih bisa menempatkan diri untuk menghadapi permasalahan yang datang sebagai seorang ibu.

* Naturalis
Tipe seperti ini ingin memberikan segala hal yang natural untuk bayinya. Sebagai seorang ibu yang naturalis, Anda akan mengelilingi diri dengan segala hal yang organik, makan makanan yang simpel, natural, dan penuh nutrisi sehat. Lebih memilih pengobatan alternatif ketimbang medis, dan Anda akan memilih penyembuhan di rumah. Anda akan lebih tenang jika si bayi berada di rumah sendiri.

Jika ini adalah tipe Anda, penting untuk diingat, agar Anda harus bisa menyeimbangkan kebutuhan bayi Anda dengan keadaan. Anda perlu tahu, apakah Anda bisa menangani pertumbuhan Si Kecil dengan bantuan alam sepenuhnya saja? Ataukah masih ada kesempatan Si Kecil untuk berkenalan dengan dunia medis? Untuk lebih bisa membuat keputusan yang terbaik bagi anak, sebaiknya Anda pintar-pintar memperkaya diri dengan pengetahuan di bidang medis dan alamiah.

* Tak khawatir
Tipe ini menghadapi hidup dengan santai dan tanpa beban. Anda merasa bahwa ibu, kakak perempuan, teman, dan wanita lain di dunia baik-baik saja menghadapi kehamilan dan kelahiran tanpa perlu banyak kerepotan. Jadi, pasti Anda pun akan baik-baik saja. Anda biasanya tenang saja menghadapi tantangan. Meski penting untuk menikmati menjadi seorang ibu, namun penting juga untuk memperkaya diri dengan informasi diri seputar masalah ibu, bagaimana saat menghadapi sakit, atau saat Anda sulit tidur pada malam hari.

Untuk memastikan bahwa Anda membekali diri dengan segala pengetahuan seputar kehamilan, keibuan, dan lainnya, temui dokter atau bidan Anda segera setelah Anda mengetahui bahwa Anda hamil.

Manisnya Iman

Seseorang akan merasakan manisnya iman bermula manakala di dalam hatinya terdapat rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya, manisnya akan semakin dirasakan bila seseorang berusaha untuk senantiasa menyempurnakan cintanya kepada Allah, memperbanyak cabang-cabangnya (amalan yang dicintai Allah swt.) dan menangkis hal-hal yang bertentangan dengan kecintaan Allah swt.

Apa buktinya bila seseorang telah merasakan manisnya Iman?

Buktinya, ia akan selalu mengutamakan kecintaanya kepada Allah daripada mementingkan kesenangan dan kemegahan dunia, seperti bersenang-senang dengan keluarga, lebih senang tinggal di rumah ketimbang merespon seruan dakwah dan asyik dengan bisnisnya tanpa ada kontribusi sedikitpun terhadap kegiatan jihad di jalan Allah swt. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah : 24

“Katakanlah: “Jika bapa-bapak, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Memprioritaskan kecintaan kepada Allah akan melahirkan perasaan ridha

Bila seseorang senantiasa mengutamakan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya, daripada kepentingan dirinya sendiri, maka akan lahirlah sikap ridha terhadap Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai din-nya dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya. Keridhaannya itu dibuktikan dengan selalu menghadiri halaqahnya, terlibat dengan kegiatan dakwah di lingkungannya dan menginfakkan sebagian harta dan waktunya untuk kemaslahatan tegaknya agama Allah swt.

Apa yang dirasakan oleh seseorang bila ia telah ridha terhadap Allah, agama dan Rasulnya?

Pertama, Ia akan merasakan “Istildzadz at-Thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah swt., baik dalam shalatnya, tilawah Qur’annya, pakaian dan pergaulan islaminya, perkumpulannya dengan orang-orang shaleh dan keterlibatannya dalam barisan dakwah

Kedua, Ia juga akan merasakan “Istildzadz al-masyaqat”, lezatnya menghadapi berbagai kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah. Kelelahan, keletihan, dan hal-hal yang menyakiti perasaannya akibat celaan orang karena menjalankan syariat Islam, atau bahkan mencederai fisiknya, semua itu semakin membuatnya nikmat dalam berdakwah. Semua inilah yang akan senantiasa melahirkan manisnya Iman.

“Istildzaadz at-thaa’ah”, lezatnya ketaatan kepada Allah ditunjukan oleh wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun wahyu yang memerintahkan mereka untuk berhijab dan menutrup auratnya, mereka langsung meresponnya dengan senang hati dan lapang dada, tanpa merasa berat sedikitpun. Aisyah ra. yang menjadi saksi mata atas hal ini berkata :

رَحِمَ الله ُنِسَاءَ اْلاَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَاتِ لَمَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِنَّ “وَلْيَضْرِبْنَ مِنْ جَلاَ بِيْبِهِنَّ عَلَى جُيُوْ بِهِنَّ” شَقَقْنَ مُرُوْطَهُنَّ فَلْيَخْتَمِرْنَ بِهَا

“Semoga Allah merahmati wanita Anshar dan Muhajirin, tatkala turun kepada mereka ayat “hendaknya mereka mengenakan kain panjang (jilbab) sampai ke atas dada mereka,” mereka memotong kain-kain mereka, lalu mereka menjadikan kain-kain itu sebagai penutup kepalanya

Abu Ayub Ayub Al-Anshary, ketika mendengar seruan jihad, Dalam surat At-Taubah : 41

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”

Abu Ayub berseru kepada anak-anaknya, “Jahhizuuny! Jahhizuuny!” siapkan peralatan perangku!. Anak-anaknya membujuk agar bapaknya tidak perlu berangkat untuk berjihad, karena usianya sudah udzur, cukup di wakilkan saja oleh anak-anaknya. Abu Ayyub menolak bujukan anak-anaknya seraya berkata : “ketahuilah wahai anak-anakku, yang dimaksud ayat tersebut adalah خِفَافًالَكُمْ وَثِقَالاً لٍي , ringan bagi kalian berat bagiku, beliaupun tetap berangkat dan menemukan syahidnya dalam perjalanan jihad tersebut. (lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Sedangkan Lezatnya kesulitan (Istildzadz al-masyaqqah) dalam dakwah dirasakan oleh Rasulullah saw., ketika beliau menghadapi ketidaksukaan orang-orang kafir terhadap ajaran Islam, sebagaimana yang ditunjukan oleh masyarakat Thaif ketika Rasulullah saw. hijrah ke sana, yaitu pada saat Nabi menyampaikan dakwahnya, mengajak mereka untuk menerima ajaran Islam, tetapi tidak ada sedikitpun sambutan baik dari para tokoh mereka, bahkan dengan nada yang sangat melecehkan dan menyakitkan, mereka menanggapi dakwah Nabi seraya berkata,

“Coba kau robek kiswah ka’bah jika engkau memang benar-benar utusan Allah.”

Yang lainnya pun turut berkomentar,

“Apa tidak ada lagi orang yang lebih pantas diutus oleh Allah selain engkau?”

Dengan penuh kesabaran dan ketabahan Rasulullah saw. menerima kenyataan pahit tersebut, beliau tetap berlapang dada dan tidak mempermasalahkan tentang penolakan dan penentangan mereka. Oleh karena itu ketika malaikat penjaga gunung Alaihissalaam menawarkan kepada Nabi, bila beliau setuju ia akan mengangkat dua buah bukit yang ada di Thaif lalu ditimpakan kepada mereka, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang Rasulullah saw. menanggapinya seraya berkata,

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“Tetapi aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka kelak orang-orang (generasi) yang beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.”

Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamroh mengibaratkan manisnya iman dengan sebuah pohon, sebagaimana firman Allah :

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (Ibrahim : 24)

Yang dimaksud kalimat dalam ayat tersebut adalah kalimatul ikhlas لا اله الا الله, batang pohonnya adalah pangkal iman, cabang dan rantingnya adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dedaunannya adalah kepedulian terhadap kebajikan, buahnya adalah amal ketaatan, rasa manisnya adalah ketika memetiknya, dan puncak manisnya adalah ketika matangnya sempurna saat dipetik, disitulah sangat terasa manisnya.

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ)). (رواه البخاري ومسلم وهذا لفظ مسلم).


Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda, “Tiga perkara jika kalian memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. (Pertama) orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya. (Kedua) agar mencintai seseorang semata-mata karena Allah swt. (Ketiga), tidak senang kembali kapada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah swt, sebagaimana ketidak-senangannya dilempar ke dalam api neraka.” (HR Bukhar Muslim dengan redaksi Muslim)

عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ((ذَاقَ طَعْمَ الإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً)) (رواه مسلم).

Dari Al-Abbas bin Abdil Muttalib, bahwasanya ia mendengar Rasulallah saw. bersabda, “Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai dinnya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini sangat agung maknanya, termasuk dasar-dasar Islam, berkata para ulama, “Arti dari manisnya iman adalah mersakan lezatnya ketaatan dan memiliki daya tahan menghadapi rintangan dalam menggapai ridha Allah dan Rasul-Nya, lebih mengutamakan ridha-Nya dari pada kesenangan dunia, dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam hadits tersebut Rasulullah saw. menjelaskan bahwa tiga perkara bila kalian berada di dalamnya maka akan didapati manisnya iman, karena sarat mendapatkan manisnya sesuatu adalah dengan mencintainya, maka barang siapa yang mencintai sesuatu dan bergelora cintanya, maka ketika berhasil mendapatkannya, ia akan merasakan manis, lezat dan kegembiraannya. Karena itu seorang mukmin yang telah mendapatkan manisnya iman yang mangandung unsur kelezatan dan kesenangan akan diiringi dengan kesempurnaan cinta seorang hamba kepada Allah swt. Dan kesempurnan itu dapat diwujudkan dengan tiga hal.

Pertama : menyempurnakan cinta kepada Allah yaitu dengan menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari yang lainnya, karena cinta kepada Allah tidak cukup hanya sekedarnya, tetapi harus melebihi dari yang lain-Nya

Kedua : menjadikan cinta kepada Allah menjadi pangkal dari cabang cinta kepada yang lain, yaitu mencintai orang lain semata-mata karena dan untuk Allah swt., sehingga dalam mencintai ia tetap mengikuti prosedur dan mekanisme cinta yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan Sunnah, misalnya tidak berkhalwat, menyegerakan akad nikah dan menghindari perbuatan yang mendekati pada perzinahan. (tidak pacaran) (QS. 24 : 30-31, 33 : 59)

Menolak segala hal yang bertentangan dengan cinta-Nya, yaitu tidak menyukai hal-hal yang bertentangan dengan keimanan melebihi ketidaksukaannya bila dirinya dilemparkan ke dalam api neraka.

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قاَلَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلِايْمَانِ :اَلاْنِفْاَقُ مِنَ اُلاِقْتَارِ ، وَإِنْصَافُ النَّاسِ مِنْ نَفْسِكَ ، وَبذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ (رواه عبد الرزاق) علقه البخاري في (كتاب الايمان)

Amar bin Yasir berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya ia merasakan manisnya keimanan, berinfak dari kekikiran, bersikap adil terhadap manusia dari dirinya, dan mengupayakan keselamatan (salam) bagi alam.” (Diriwayatkan Abdurazzaq, Bukhari mencantumkannya di kitab Al-Iman).

Hadits yang dibawakan oleh Amar bin Yasir ra. tersebut di atas, juga menjelaskan tentang tiga hal yang dapat mendatangkan manisnya iman

Pertama : berinfak secukupnya, tidak berlebihan sehingga menzalimi hak-hak yang lainnya, tapi juga tidak kikir dengan hartanya

Kedua : bersikap objektif, tidak menghalanginya untuk berbuat baik dan adil kepada manusia, walaupun ada kaitannya dengan kepentingan diri sendiri, misalnya walaupun disakiti dan dizalimi oleh seseorang, tetapi tidaka menghalanginya untuk memaafkannya dan tetap berbuat baik kepadanya

Ketiga : Menebarkan kesejahteraan kepada seluruh alam semesta, memperjuangkan sesuatu demi kebaikan manusia dan seluruh makhluk lainnya, seperti dengan melakukan kegiatan amal siasi maupun amal khidam ijtima’i (kegiatan sosial)

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ يَجِدْ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلاِيْمَانِ : تَرْكُ اْلمِرَاءِ فيِ الْحَقِّ ، وَاْلكِذْبُ فِي اْلمُزَاحَةِ ، وَيَعْلَمُ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ. (رواه عبد الرزاق)

Ibnu Mas’ud juga berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya akan merasakan manisnya iman, menghindari perdebatan dalam hal kebenaran, tidak berdusta dalam bercanda, dan menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).” (Diriwayatkan Abdurrazzaq).

عن أنس مرفوعا: “لاَ يَجِدُ عَبْدٌ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ حَتىَّ يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ … ” الحديث . أخرجه ابن أبي عاصم ( 247 ) بإسناد حسن عنه. (الألباني - السلسلة الصحيحة)

Dari Anas secara marfu’ mengatakan, “Tidaklah seorang hamba merasakan manisnya keimanan sehingga dia menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).” Hadits tersebut dikeluarkan Ibnu Abi Ashim, hadits sahih dengan sanad yang baik, termaktub dalam silisilah hadits sahih karya Imam Albani.

(قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ) * وَالْغَضُّ عَنِ الْمَحَارِمِ يُوْجِبُ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ، وَمَنْ تَرَكَ شَيْئًا لِلّهِ عَوَّضَهُ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ، وَمَنْ أَطْلَقَ لَحَظَاتِهِ دَامَتْ حَسَرَاتُهُ. (فيض القدير 1/677).

“Katakanlah kepada mukmin laki-laki agar menahan pandangan mereka…” (An-Nur: 30). Yaitu menahan dari apa yang diharamkan Allah swt. pasti akan mendatangkan manisnya iman, dan barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik darinya, dan barangsiapa yang membebaskannya walau hanya sekejap maka akan abadi penyesalannya”


عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَلاَ تَجِدُ امْرَأَةٌ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا عَلَى قَتَبٍ.” (المعجم الكبير للطبراني)

Dari Muadz bin Jabal berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya aku memerintahkan seseorang bersujud kepada yang lainnya, maka akan aku perintahkan isteri sujud kepada suaminya, karena hak-hak suami atasnya, dan tidaklah seorang wanita mendapatkan manisnya iman sehingga Ia menunaikan hak suaminya, walaupun suaminya memintanya, sedang Ia sedang berada di atas sekedupnya

قاَلَ اِبْنُ رَجَبْ فِي (فَتْحِ الْبَارِي: 1/27): فَإِذَا وَجَدَ اْلقَلْبُ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ أَحَسَّ بِمَرَارَةِ اْلكُفْرِ وَاْلفُسُوْقِ وَاْلعِصْيَانِ وَلِهَذَا قَالَ يُوْسُفُ عَلَيْهِ السَّلاَم ُ: {رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ} [يوسف33].


Ibnu Rajab berkata dalam kitab Fathul Bari 1/27 : “Maka apabila sebilah hati telah mendapatkan manisnya iman, maka ia akan sensitif merasakan pahitnya kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan, karena itulah Nabi Yusuf AS berkata : “Ya Rabb! Penjari lebih aku sukai daripada apa yang mereka serukan kepadaku” (QS. Yusuf : 33)

Senin, 25 Mei 2009

Fungsi Doa

Wanita sufi Rabiah Al Adawiyah, sedang berlayar bersama para penumpang lain menuju sebuah pulau kecil. Tiba-tiba badai berhembus dan ombak pun menggila di tengah samudera. Semua cemas, karena maut sudah berada di depan mata. Tetapi ada seorang anak muda berambut sampai ke telinga, terlihat cuma diam seraya bertafakkur. Padahal perahu sudah oleng ke kiri dan ke kanan, air telah menggenang hingga ke mata kaki. Seorang lelaki tua menegur marah, ''Hai, anak muda, tulikah telingamu, butakah matamu? Perahu hampir karam, kamu hanya diam. Berdoalah untuk memperkuat permohonan kami kepada Tuhan.'' Dengan tenang pemuda itu menggumam, ''Tiada seorang hamba pun mampu menghalangi kehendak Sang Mahakuasa. ''Lalu ia menunduk kembali, tak ada yang dilakukan kecuali menekurkan kepala dengan khusuk, seraya mengangkat tangan seolah memberi aba-aba agar badai berhenti. Betul, tak lama kemudian, lautan yang ganas menjadi jinak, angin lantas bertiup sepoi-sepoi, dan perahu melaju tanpa goncangan.

Rabiah bertanya takjub, ''Hai anak muda, demi Allah, kekuatan apa yang kau miliki sampai badai dapat kautundukkan dan gelombang bisa kautaklukkan?'' Pemuda itu menjawab ramah, ''Kalian orang-orang beriman. Bukankah kita hanya makhluk yang fana? Apa wewenang kita menolak kemauan Tuhan? Apa kekuatan kita menantang kekuasaanNya? Seharusnya, bersabarlah menahan diri dari segala keinginan kita karena Dia, nanti Dia berkenan menahan diri dari keinginan-Nya untuk kita. Jangan mengancam Dia dengan kebiasaan kita, nanti Dia menghancurkan kita dengan kedahsyatan kekuasaanNya.'' Jawaban itu tak hanya membuat Rabiah terhenyak dan para penumpang lain tertegun, bahkan perjalanan zaman seakan merekamnya melalui bencana demi bencana yang datang silih berganti. Lihatlah, ilmu siapa yang mampu membungkam gunung kalau hendak meletus, kehebatan bangsa mana yang dapat meredam gempa kalau sudah saatnya harus melanda? Lalu, apakah doa dapat menangkal bencana? Menurut Tuhan, bisa. Alquran menandaskan, ''Bermohonlah kepada-Ku, pasti Kukabulkan bagimu.'' (Q. S. 40: 60).

Sayangnya, manusia acapkali berdoa tanpa kesungguhan dan keyakinan akan manfaatnya. Memang mengangkat tangan sambil mengumandangkan rangkaian kata yang indah terdengar seperti doa. Padahal itu cuma upacara, hanya formalitas. Apalagi kalau dibaca di depan pejabat atau para orang besar. Pada hakikatnya getaran hati tatkala seorang hamba tengah mengangkat tangan seraya bermunajat dengan tulus dan pasrah, itulah kekuatan sakral yang mampu mengoyak batas antara makhluk dan Sang Pencipta

6 Janji yang Bikin Hubungan Makin Erat

Sepuluh tahun pernikahan, seringkali menjadi tantangan tersendiri. Karir yang mulai mapan, ditambah anak-anak yang semakin besar, membuat kita lupa bagaimana indahnya mendengar sweet promise atau janji manis dari pasangan.

Padahal janji manis adalah medium untuk membuat kita selalu jatuh cinta pada pasangan. Karena janji manis merupakan blueprint dari rasa cinta yang dilakoni setiap harinya. Psikolog John Gottman, PhD, bahkan menyakini, janji manis yang diucapkan setiap hari akan mengkristal dalam hati. "Kristalisasi inilah yang nantinya menjadi wujud nyata dari cinta."

Lalu janji manis seperti apa yang dapat melanggengkan komitmen berbagi hidup bersama pasangan?

"I vow to not go to bed angry"
Memberikan punggung pada pasangan usai bertengkar, ternyata bukan reaksi yang bijak. Penelitian yang dilakukan University of Washington mengungkapkan, pertengkaran yang dibawa tidur hanya akan meningkatkan gengsi ketimbang rasa sayang kita terhadap pasangan. Maka penelitian yang dilakukan pada Love Lab ini, mendorong setiap pasangan menyelesaikan masalah sebelum tidur. Tujuannya hanya satu, menyelesaikan permasalahan yang menguntungkan kedua belah pihak.

"I vow to keep our romance going -even when I'm not feeling romantic"
Kerja yang menumpuk yang dibayangi dengan acara rutin keluarga besar, sering kali membuat kita lupa akan kesenangan yang dilakukan sebelum menikah. Menonton film atau makan di restoran romantis, misalnya. Padahal momen berdua ini akan membuat kita dapat saling memperhatikan secara utuh. Habiskanlah waktu bersama di akhir pekan, untuk menyadari bahwa pasangan yang ada di samping kita adalah yang terbaik bagi kita.

"I vow to be honest"
Berapa kali kita rela menemani pasangan menonton siaran langsung sepak bola yang sebenarnya tidak kita sukai? Mencoba untuk menikmati, sebenarnya hanyalah menyiapkan bom waktu. Karena di dalam hati kita marah dan jenuh. Berjanji untuk menemani pasangan dalam keadaan suka dan duka, bukan berarti menyembunyikan kejujuran. Justru definisi cinta sejati adalah saat kita bisa jujur mengekspresikan apa yang kita rasa dalam kebersamaan.

"I vow to stay faithful -even if I'm tempted
Polling mengungkapkan 28 persen laki-laki yang sudah menikah, akan mengalami affair pada usia 50 tahun. Dan 17 persen perempuan yang sudah menikah, juga mengalami hal yang sama. Memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis adalah hal yang wajar. Tapi yang membuat komitmen kita berbagi hidup selamanya lebih memiliki makna adalah ketika kita tidak ingin menguji diri kita sendiri.

"I vow to take care of myself"
Tanpa disadari menjaga dan merawat diri adalah cara untuk membuat pasangan kita selalu jatuh cinta. Kesehatan fisik dan emosi adalah modal utama untuk dapat mendampingi pasangan. Apabila kita sakit, pasangan kita pasti akan merasa kurang bersemangat menjalani rutinitas. Alhasil, hari-hari yang dijalani pun terasa lebih berat dari biasanya karena tidak ada kesenangan yang dapat dinikmati bersama.

"I vow to cultivate intimacy"
Tidak ada salahnya untuk menyediakan waktu untuk bermesraan. Waktu bermesraan ini, adalah cara untuk memperdalam ikatan dengan pasangan. Kita mendengarkan apa yang menjadi masalah terbesarnya, tanpa harus menggurui. Posisikan diri sebagai seorang pendangar yang baik. Kadang kala, memiliki pendengar yang baik adalah terapi terbaik untuk melepaskan stres.

Sabtu, 23 Mei 2009

Makna Persahabatan



Pertumbuhan jiwa manusia, selain karena bakat-bakat alam yang dibawa sejak lahir, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, termasuk lingkungan pergaulan dan persahabatan. Demikian pendapat penganut madzhab konvergensi atau interaksionisme yang merupakan sintesis dari madzhab nativistik dan environmentalistik.

Di kalangan umat Islam, terutama kaum sufi dan orang-orang yang menaruh perhatian dan concern terhadap pendidikan moral umat, pengaruh positif-negatif dari pergaulan dan persahabatan itu sudah cukup lama menjadi perbincangan. Tak heran bila diskursus atau wacana tentang persahabatan itu (shuhbah) selalu mewarnai karya-karya mereka. Suhrawardi, lewat bukunya 'Awarif al-Ma'arif, menyebut persahabatan itu sebagai kecenderungan fitri manusia dan merupakan salah satu dari sekian banyak nikmat dan anugerah Allah SWT (Q.S. 3:103).

Persahabatan, kata Suhrawardi, dapat diibaratkan seperti pintu yang akan mengantar manusia menuju sorga atau neraka. Mengapa? Jawabannya, seperti diutarakan Ibn Abbas, karena persahabatan dapat menimbulkan kebaikan dan keburukan sekaligus. ''Tak ada yang dapat merusak manusia selain manusia itu sendiri,'' demikian Ibn Abbas. Agar persaudaraan dan persahabatan itu melahirkan kebaikan-kebaikan, duniawi maupun ukhrawi, maka dalam persaudaraan itu harus ditegakkan nilai-nilai atau sifat-sifat yang terpuji. Di antaranya adalah sifat saling tolong menolong dalam kebaikan (Q.S. Al-Maidah, 2), saling berpesan dalam kebenaran (Q.S. Al-Balad, 17), dan saling kasih mengasihi di antara mereka (Q.S. Al-Fath, 29).

Persaudaraan dan persahabatan harus pula didasarkan pada kesamaan idealisme dan cita-cita. Dalam kaitan ini, Ibnu 'Athailah, lewat kitab Hikam-nya mengingatkan. Katanya: ''Jangan kamu bergaul dan berteman dengan orang yang idealisme, cita-cita, sikap, dan prilakunya tidak mendorongmu ke jalan yang benar, yaitu jalan Allah SWT.'' Ini mengandung makna bahwa tidak setiap orang layak dijadikan sebagai teman atau sahabat.

Persaudaraan yang sejati, menurut satu Hadits, adalah persaudaraan antara dua anak manusia yang diikat oleh tali dan rasa cinta kepada Allah SWT. Lalu, mereka hidup bersama karena Allah, berjuang bersama karena Allah, dan mati bersama juga karena Allah. Inilah realitas persaudaraan yang sungguh sangat sejati dan abadi.

Dalam kehidupan di mana sekat-sekat antara kebenaran dan kebatilan semakin kabur (tasyabuh), maka identifikasi tentang siapa kawan dan siapa lawan menjadi kabur pula. Dalam keadaan demikian, petuah kaum sufi dalam wacana persaudaraan menjadi relevan untuk direnungkan kembali. Semoga persaudaraan dan persahabatan kita kekal dan abadi

Cinta atau Mahabbah



Salah satu sentral maqamat tasauf adalah cinta atau mahabbah, dan tokoh sufi yang biasa menjadi acuan maqamat cinta ini adalah Rabi'ah al- 'Adawiyah. Ketika Rabi'ah ditanya apakah ia membenci setan, ia menjawab bahwa cintanya kepada Tuhan tidak memberi tempat di dalam hatinya untuk membenci kepada siapa pun. Dalam konsep tasauf, tingkat cinta Rabi'ah al- 'Adawiyah itu merupakan cinta yang tertinggi kualitasnya.

Dalam kitab Ihya 'Ulum al-Din, Imam Ghazali menjelaskan bahwa kualitas cinta terbagi menjadi empat tingkatan. Pertama, cinta diri (al-muhibb linafsih), yakni orang yang hanya mencintai dirinya saja. Segala macam kebaikan, kesetiaan, pengorbanan, dan kesungguhan orang lain diukur dengan apakah berhubungan dengan kesenangan dirinya atau tidak. Cinta model ini, Imam Ghazali menyebutnya sebagai yang terendah kualitasnya.

Kedua, adalah cinta kepada orang baik sepanjang kebaikan orang lain itu membawa kebaikan bagi dirinya (al-muhsin alladzi ahsana ilaihi). Ia siap membayar cinta dengan cinta, kehangatan dengan kehangatan, pemberian dengan pemberian. Sebaliknya, jika orang itu menjadi dingin ia pun membalasnya dengan dingin, bahkan ia pun siap dengan kebencian manakala orang itu membencinya.

Kualitas cinta seperti ini tak ubahnya seperti cinta pedagang, artinya ia siap memberi sebanding dengan apa yang ia terima, pedagang pekerjaannya mencari keuntungan, dan kalau ia mau bersusah payah adalah karena ia membayangkan keuntungan yang bakal diterimanya. Psikologi cinta pedagang, menurut Ghazali, adalah terletak pada kepuasannya menerima, bukan pada memberi.

Ketiga, adalah cinta kepada orang baik meskipun ia tidak memperoleh apa pun dari orang baik itu. Kualitas cinta seperti ini seperti cinta seseorang kepada Nabi SAW atau kepada ulama terdahulu. Meski tak pernah berjumpa dengan mereka, ia mencintainya, ingin meniru kebaikannya, mau berkorban demi ide-idenya. Bahkan ketika mempunyai anak, ia memberi nama dengan namanya. Psikologi cinta orang seperti ini, Ghazali menjelaskan, terletak pada kepuasan memberi, bukan kepuasan menerima.

Keempat, adalah cinta kepada kebaikan an sich, tanpa embel-embel (al ihsan mahdlah). Bagi orang yang memiliki kualitas cinta seperti ini, kebaikan, ketulusan, kesungguhan, pengorbanan adalah suatu nilai yang bisa berpindah-pindah. Orang memang terkadang baik, tulus, dedikatif, tetapi suatu saat bisa berubah sebaliknya.

Karena itu, orang yang memiliki cinta kualitas tertinggi ini tidak melihat orang, tetapi sifatnya. Sebagai misal, penjahat yang kemudian bertaubat lebih ia cintai dibanding ulama yang kemudian murtad. Ketulusan orang kecil, lebih ia cintai dibanding kefasikan pembesar. Cinta dalam kualitas seperti inilah yang dapat mengantar orang pada cinta kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang Mahabaik, Tuhan adalah kebaikan itu sendiri. Semoga kita dapat mencapai cinta yang berkualitas tinggi ini

Janji



Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah SAW menjanjikan seorang pembantu kepada Abdul Haitam bin Tayyiban. Lalu Beliau mendatangkan tiga orang tawanan perang. Dua tawanan diberikan kepada orang yang pernah dijanjikannya, sedang yang seorang lagi diberikan kepada Abdul Haitam.

Tiba-tiba Fatimah, putrinya, yang tangannya terlihat bekas menggiling bumbu meminta seorang pembantu dari Rasulullah SAW. Rasulullah menolak permintaan putrinya, seraya berkata, ''Bagaimana dengan janjiku kepada Abdul Haitam?'' Kisah di atas menggambarkan ketegasan Rasulullah SAW dalam menepati janji kepada umatnya. Beliau lebih mendahulukan kepentingan Abdul Haitam daripada putrinya. Nabi tidak menginginkan umatnya menjadi korban hanya gara-gara tidak disiplin dengan janji.

Menepati janji merupakan bagian dari ciri-ciri kaum beriman. Dengan menepati janji, semangat persatuan, kualitas hidup, dan etos kerja umat dapat tercipta dengan baik. Tak sedikit tali persaudaraan dan persahabatan yang telah dipupuk demikian baik menjadi retak hanya gara-gara pengkhianatan terhadap janji.

Karena itu, Islam melarang umatnya mengumbar pernyataan-pernyataan (deklarasi) serta janji-janji kosong tanpa bukti dan kenyataan. Firman Allah, ''Dosa besar bagi umat yang suka berkata tanpa membuktikan apa yang dikatakannya'' (Q. S. 61: 3).

Rasulullah menggolongkan orang yang suka ingkar janji sebagai ciri perbuatan munafik. ''Tiga ciri perbuatan munafik,'' sabda Nabi SAW, ''Bila bicara ia dusta, bila berjanji menyalahi, dan bila diamanati mengkhianati.'' (H.R. Bukhari dan Muslim).

Minimal ada tiga dampak positif bagi umat manusia yang senantiasa menepati janji. Pertama, tidak ada unsur yang dikecewakan dan dirugikan dalam pergaulan. Kedua, tidak ada waktu yang tersita dalam meningkatkan kualitas kerja (etos kerja). Dan ketiga, membiasakan hidup berdisiplin.

Demikian pentingnya menepati janji, sehingga para ulama di masa lalu sangat berhati-hati dan tidak gampang mengumbar janji. Itu sebabnya, Ibnu Mas'ud apabila berjanji, ia mengatakan: Insya Allah. Alquran juga mendorong kita untuk selalu menepati janji (Q. S. 5: 1).

Mengomentari ayat ini, pakar tafsir Al-Maraghi menjelaskan tiga hal janji yang perlu ditepati. Pertama, janji kepada Allah SWT. Kedua, janji kepada diri sendiri. Ketiga, janji kepada sesama manusia. Ketiga bentuk janji ini memang merupakan kaitan organik yang tak dapat dipisahkan. Bila manusia konsisten dengan tiga bentuk janji ini, ia akan dapat membentuk dirinya menjadi tegar beraktifitas, memiliki kreasi dan garapan kerja yang seimbang lahir maupun batin, bukan kehidupan yang beretika dan berbudaya lembek, malas, dan cenderung menyimpang (korup).

Di zaman pembangunan ini, kita dituntut untuk selalu membuktikan kesatuan antara pernyataan dan perbuatan. Dalam meningkatkan kualitas dan taraf hidup, umat tidak cukup hanya memberikan janji-janji abstrak yang tidak dipahami tanpa dapat ditepati dengan prestasi dan amal perbuatan

Si Dia Tak Pernah Bilang I Love You?



Kamu cinta sama aku nggak, sih?" begitu tanya seorang perempuan pada pasangannya. Sang pasangan, bukannya langsung menjawab, malah langsung terdiam kaku. Kata-kata jawaban sudah terkumpul di ujung mulutnya, tetapi sulit sekali ia mengeluarkannya. Akhirnya ia hanya tersenyum dan mengecup kening perempuan tersebut. Namun, perempuan ini masih terus mendesaknya, "Sayang nggak, sama aku?"

Barangkali Anda termasuk salah satu perempuan yang pernah mengalami hal seperti ini. Memiliki kekasih, atau suami, yang tak pernah mengucapkan rasa cinta atau sayang kepada pasangannya. Padahal, tak terhitung berapa kali "I love you" yang sudah keluar dari mulut Anda selama menjalani hubungan bersamanya. Tetapi, Si Dia tak pernah membalas pernyataan Anda. Sebaliknya, ia hanya menjawab, "Ya". Aneh sekali. Jangan-jangan Si Dia tak mencintai Anda?

Wanita memang selalu membutuhkan pernyataan, atau pengakuan cinta dari pasangannya. Jika tidak, ia akan merasa tidak aman, karena mengira perasaan itu hanya muncul dari satu pihak. Padahal, hanya karena Si Dia tidak pernah mengatakan “I love you,” tidak berarti ia tidak mencintai Anda lho. Jika ia sudah menunjukkan rasa cintanya melalui perbuatan (dengan setia menjemput Anda saat Anda harus lembur di kantor, tak pernah lupa membawakan oleh-oleh untuk Anda dan anak-anak saat ada acara jalan-jalan kantor di luar kota, atau memijat kaki Anda saat Anda mengeluh kecapekan sehabis shopping di mal), untuk apa lagi ia mengatakannya?

Memaksanya mengungkapkan perasaan juga tidak akan membuat Si Dia mengucapkan kalimat sakti itu.

Mengapa pria tidak mengucapkannya?
Ada beberapa penyebab mengapa pria tidak menyatakan rasa sayangnya kepada pasangan melalui kata-kata. Hal ini biasanya berkaitan dengan karakter pria tersebut.

1. Menurut Dr. Brenda Shoshanna, psikolog dan penulis sejumlah buku seperti Zen And The Art of Falling In Love, mengatakan "I love you," sama artinya dengan menawarkan komitmen. Bagi banyak pria, cinta diekspresikan melalui tindakan, sehingga kata-kata ini adalah janji mengenai apa tindakan selanjutnya. Hanya dengan membalas ucapan Anda, pria akan merasa harus menyetujui dukungannya pada Anda. Misalnya, menikah, membelikan rumah, dan sebagainya.

2. Pada pasangan yang masih dalam tahap pacaran, pria enggan mengucapkan kalimat tersebut karena belum yakin apakah dirinya memang betul-betul mencintai pasangannya. Bagi mereka, kata cinta harus diucapkan dari hati, dengan sungguh-sungguh, bukan sekadar untuk menyenangkan hati pasangannya (meskipun ada juga yang melakukan hal ini).

3. Pria yang lain memang cenderung sulit mengekspresikan perasaannya. Orang yang sejak kecil tidak dibiasakan mengungkapkan rasa sayang kepada orangtua melalui kata-kata, ketika dewasa pun akan cenderung seperti itu. Baginya, lebih baik rasa sayang diperlihatkan melalui perbuatan, atau pemenuhan kebutuhan pasangan. Misalnya, menyediakan waktu untuk menemani Anda berbelanja di hypermarket, meskipun ia tidak menyukainya.

4. Pria yang lain lagi tidak ingin terlihat cengeng dengan mengucapkan kalimat tersebut, apalagi jika kepergok mengucapkannya di depan teman-temannya. Jika ia tahu lingkungan pergaulannya termasuk yang memiliki kebiasaan yang sama, mungkin ia pun akan melakukannya. Jika tidak, lebih baik tidak mencari masalah.

5. Pria yang pernah menghadapi kegagalan dalam hubungannya, seperti bercerai, berebut hak asuh anak, dan sejenisnya, juga akan berpikir lebih lama untuk menambahkan komitmen baru ke dalam dirinya (lihat nomor 1). Ia akan memilih lebih berhati-hati, karena tidak ingin melukai perasaan Anda, dan mengulang kesalahan yang sama.

Nah, jika Anda merasa belum yakin apakah Si Dia memang mencintai Anda, kenapa tidak langsung mengingat-ingat apa yang telah dilakukannya untuk Anda? Buat catatan mengenai hubungan Anda: Bagaimana ekspresinya saat Anda sedang sedih atau Anda sedang bersama pria yang tidak Anda kenal (bisa jadi saat cemburu pun Si Dia tidak mengungkapkannya)? Apakah ia selalu mempersilakan Anda yang memilih tempat makan? Apakah ia tidak pernah keberatan jika Anda pamit ingin jalan-jalan dengan teman-teman?

Setelah mencatat semua yang pernah diberikan pasangan kepada Anda, ucapkan terima kasih padanya, dan katakan betapa Anda beruntung memilikinya. Dan, jangan lagi mendesaknya dengan pertanyaan, "Cinta nggak sih, sama aku?"