Jumat, 27 Februari 2009

Hati-hati dengan Semprotan Pembasuh Kelamin



Kita memang terbiasa membasuh kelamin dengan air sehabis buang air. Jika tidak, tubuh bagian bawah akan terasa lengket dan tidak nyaman. Karena itu, kita merasa tenang jika masuk ke toilet umum dan mendapati toilet yang dilengkapi washer (penyemprot air untuk membasuh kelamin). Namun, Anda sebaiknya lebih berhati-hati dalam menggunakan washer karena dapat mengakibatkan keputihan.

“Setidaknya, 35-40 persen pasien yang datang ke klinik saya (Klinik Pasutri) mengeluhkan keputihan,” ujar dr Boyke Dian Nugraha pada presentasi yang ia sampaikan pada acara Beautiful Life di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Rabu (25/2). Mengapa hal itu bisa terjadi?


Keputihan disebabkan oleh mikroba, bakteri, virus, jamur, atau infeksi yang masuk ke dalam vagina. Banyak hal yang bisa menyebabkan keputihan, seperti stres berlebihan, malas mengganti celana dalam, membiarkan daerah vagina dalam keadaan lembab terlalu lama, membasuh vagina dengan cara dari bokong ke arah vagina, bahkan membasuh vagina dengan cairan atau air yang tidak bersih. dr Boyke mengingatkan untuk lebih berhati-hati ketika membasuh vagina di kamar mandi umum. Tidak ada yang bisa menjamin kebersihan di tempat-tempat umum seperti itu, apalagi jika menggunakan air yang sudah lama tergenang di ember atau bak.

Mengenai alat penyemprot air untuk membasuh vagina, Dr. Boyke juga mengatakan bahwa menggunakan alat penyemprot pun tidak menjamin vagina bebas bakteri karena air di Indonesia belum bebas kuman ataupun mikroba lainnya yang merugikan. Ia mengimbau agar para wanita menggunakan tisu khusus pembersih vagina ketimbang mengambil risiko tertular penyakit lainnya.

Dalam buku Buku Pintar Keluarga karangan Drs Sopian, disebutkan bahwa keputihan biasa terjadi setelah masa menstruasi (haid) atau di masa pertengahan menjelang menstruasi. Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kekuningan. Menurut dr Boyke, keputihan bisa terbagi menjadi dua: fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis biasanya tidak disertai dengan rasa gatal, tidak berbau, dan sering ditemui pada masa subur wanita. Sementara itu, pada keputihan patologis, lendir yang dikeluarkan bisa berwarna hijau, berbau, gatal, dan lebih sering disebabkan karena infeksi atau akibat penyakit menular seksual. Yang lebih patut diwaspadai adalah keputihan patologis yang sering merupakan gejala dari penyakit, seperti stres, kemasukan benda asing, kelelahan, alergi kondom, (erosi) sariawan, dan yang paling berbahaya, kanker mulut rahim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda