Senin, 24 November 2008

Batuk, Gejala Dari Penyakit

Kecenderungan masyarakat yang menanggap batuk adalah sebuah penyakit merupakan sebuah kekeliruan. Dalam dunia kedokteran, tidak mengenal batuk sebagai penyakit melainkan sebagai gejala sebuah penyakit.

Hal tersebut dibenarkan oleh Medical Manager PT. Mediafarma Laboratories, Dr. Michael Reo ketika dihubungi Republika Online, belum lama ini.Menurutnya, jika orang awam mengeluh ke dokter kemudian mengatakan dirinya sakit batuk itu bukan sakit melainkan gejala sebuah penyakit seperti misalnya Influensa, radang paru-par, Tuberkolosis (TBC) atau alergi."Pada dasarnya batuk dibagi menjadi dua jenis yakni batuk normal dan batuk tidak normal," ungkap Reo.

Batuk normal, jelas Reo, disebabkan pengaruh debu atau tersedak makanan. Untuk batuk normal frekuensi batuk tidak berlangsung lama. Misalnya, ketika debu hilang maka batuk segera mereda.Sedangkan batuk tidak normal, batuk yang disebabkan karena virus, bakteri dan alergi. Kecenderungannya frekuensi batuk berlanjut.

Reo menuturkan, batuk tidak normal itu kemudian terbagi menjadi dua jenis berdasarkan bentuknya yakni batuk kering dan batuk berdahak. Untuk batuk kering, batuk yang tidak disertai lendir atau riak.

Contohnya, batuk yang disebabkan alergi.
Batuk alegi bisa disebabkan karena udara dingin atau debu.Namun,batuk alergi tidaklah sama dengan batuk normal. Hal yang membedakan adalah frekuensi batuk. "Frekuensi batuk alergi lebih banyak sesuai dengan respon dari pemicu alergi," ujar Reo.

Sedangkan batuk berdahak atau batuk produktif, batuk yang disertai dengan produksi dahak atau riak. Biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Untuk kategori virus, batuk merupakan gejala infulena.

Sedangkan, batuk yang disebabkan bakteri merupakan gejala dari penyakit seperti TBC dan radang paru-paru.

Menurut Reo, Batuk yang disebabkan bakteri biasanya menghasilkan produksi lendir lebih banyak.

Untuk mengobati batuk, paparnya, harus dikenali terlebih dahulu jenis batuk apa yang diderita. Dari situ akan dapat diobati.

Untuk memilih jenis obat, Reo menyarankan sesuai dengan standar kesehatan yaitu tidak hanya mengandung anti batuk saja tetapi juga dekongestan untuk melegakan hidung tersumbat, analgestik untuk menghilangkan rasa sakit dan demam, antitiusif untuk meredakan batuk, serta antihistamin sebagai anti alergi dan menghilangkan rasa gatal atau bersin.

Konsumsi obat batuk harus benar-benar tuntas. Kecenderungan yang terjadi masyarakat menyudahi konsumsi obat jika dirasa sudah baikan. Padahal,lanjut Reo, seharusnya masyarakat menunggu 3-5 hari baru menyudahi mengkonsumsi obat."Untuk lebih efektif menyembuhkan batuk, selain minum obat juga istirahat, asupan air dan gizi turut membantu.
Jika hanya mengandalkan obat saja maka akan mudah kambuh,"ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda