Senin, 03 November 2008
Allah Bersamaku, Allah Melihatku, Allah Menyaksikanku
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumudin mengutip kisah Sahal bin Abdullah Tasatturi yang menceritakan salah satu pengalaman penting dalam hidupnya. Saat berusia tiga tahun, ia melihat pamannya, Muhammad bin Suwar melaksanakan shalat. Setelah selesai, sang paman bertanya, "Tidakkah engkau berdzikir kepada Allah yang menciptakanmu?" Sahal balik bertanya, "Bagaimana caranya?"
Muhammad bin Suwar kemudian menjelaskan, "Katakanlah dengan hatimu : 'Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku.' Katakan hal itu sebanyak tiga kali tanpa menggerakkan lisan, ketika engkau hendak tidur."
Ia kemudian melaksanakan nasihat itu selama beberapa malam. Setelah itu, Sahal memberitahukannya kepada Muhammad bin Suwar. "Lakukan hal itu tujuh kali dalam satu malam," pinta pamannya kembali. Nasihat itu pun dijalankan Sahal dengan sungguh-sungguh. Pamannya kemudian memintanya menambah dzikir tersebut menjadi sebelas kali.
Saat saya melakukan hal itu selama satu tahun lamanya, pamanku berkata, "Hapalkan apa yang telah aku ajarkan dan lakukanlah itu selalu sampai engkau masuk ke liang kubur. Kata-kata itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan akhirat. Wahai Sahal, barangsiapa merasakan Allah bersamanya, Allah melihatnya, dan Allah menyaksikannya, apakah ia akan melakukan maksiat kepadaNya?"
Apa yang diajarkan Muhammad bin Suwar kepada Sahal Tasatturi, keponakannya, terbilang sederhana. Yaitu menggunakan metode pengulangan. Menyebutkan suatu hal secara berulang-ulang, melalui lisan, pikiran, dan hati sekaligus, akan menjadikan kalimat-kalimat tersebut tertanam kuat di alam bawah sadar. Bila terus diulang dalam jangka waktu lama, maknanya akan mendarah daging dan akhirnya menjadi kekuatan dahsyat yang akan mengendalikan tingkah laku.
Muhammad bin Suwar kemudian menjelaskan, "Katakanlah dengan hatimu : 'Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku.' Katakan hal itu sebanyak tiga kali tanpa menggerakkan lisan, ketika engkau hendak tidur."
Ia kemudian melaksanakan nasihat itu selama beberapa malam. Setelah itu, Sahal memberitahukannya kepada Muhammad bin Suwar. "Lakukan hal itu tujuh kali dalam satu malam," pinta pamannya kembali. Nasihat itu pun dijalankan Sahal dengan sungguh-sungguh. Pamannya kemudian memintanya menambah dzikir tersebut menjadi sebelas kali.
Saat saya melakukan hal itu selama satu tahun lamanya, pamanku berkata, "Hapalkan apa yang telah aku ajarkan dan lakukanlah itu selalu sampai engkau masuk ke liang kubur. Kata-kata itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan akhirat. Wahai Sahal, barangsiapa merasakan Allah bersamanya, Allah melihatnya, dan Allah menyaksikannya, apakah ia akan melakukan maksiat kepadaNya?"
Apa yang diajarkan Muhammad bin Suwar kepada Sahal Tasatturi, keponakannya, terbilang sederhana. Yaitu menggunakan metode pengulangan. Menyebutkan suatu hal secara berulang-ulang, melalui lisan, pikiran, dan hati sekaligus, akan menjadikan kalimat-kalimat tersebut tertanam kuat di alam bawah sadar. Bila terus diulang dalam jangka waktu lama, maknanya akan mendarah daging dan akhirnya menjadi kekuatan dahsyat yang akan mengendalikan tingkah laku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda